Hari Raya Epifani

Yesaya 60:1-6; Efesus 3:2-3a.5-6; Matius 2:1-12

Hari ini kita merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani). Kata PENAMPAKAN mengisyaratkan adanya dinamika dua pihak yang berkaitan erat: Siapa (apa) yang menampakan dan kepada siapa (apa) penampakan itu. Di sini jelas dinamika itu antara Allah dan Manusia. Mari kita lihat dinamika itu dalam empat point di bawah ini:

Aku telah melihat bintangNya
PERTAMA, Allah yang menampakan diri dengan sarananya: 1). Bintang – bisa dilihat oleh banyak orang, artinya: Allah mau menjumpai kepada semakin banyak orang, bukan hanya orang Yahudi saja. Meski tidak semua orang pun bisa melihat bintang. Mereka yang bijaksana yang bisa melihat makna di balik tanda bintang. 2). Bayi (manusia) – Allah datang dalam wujud/rupa manusia. Allah punya inisiatif ingin menjumpai manusia secara lebih dekat, hangat dan bersahabat.

KEDUA, kepada orang-orang Majus. Matius tidak menyebut secara persis siapa mereka itu. Adanya nama tiga orang bijak dari Timur merupakan refleksi lebih lanjut dari orang-orang Kristen atas kisah Injil Matius tersebut.
Kita tahu bahwa konteks Matius menulis Injilnya adalah kepada orang-orang Yahudi yang telah berabad-abad mengharapkan datangnya sang Mesias, raja yang akan memperbaharui Israel. Maksud Matius dengan kisah ini adalah, bahwa seperti orang-orang Majus, semua orang harus mencari dan menemukan Kristus yang datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari segala bangsa dan jaman. Kristus datang tidak hanya untuk bangsa Yahudi/Israel saja tetapi juga untuk semua orang dari segala bangsa yang merindukan keselamatan dari Allah.
Sarana orang-orang majus: emas, kemenyan dan mur. Kita dapat memaknai masing-masing dari persembahan: emas, persembahan bagi seorang raja; kemenyan, persembahan bagi seorang imam; dan mur - balsam penguburan, persembahan bagi seorang yang akan meninggal. Bagi St. Ireneus (wafat 202) persembahan emas, kemenyan dan mur ditafsirkan sebagai: Raja, Tuhan dan Penebus yang Menderita.
Di samping itu, kita mesti mengingatnya juga bahwa kunjungan para majus ini menggenapi nubuat Perjanjian Lama: Bileam menubuatkan kedatangan Mesias yang akan ditandai dengan sebuah bintang: “Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel…” (Bil 24:17). Penulis Mazmur menyampaikan bagaimana bangsa kafir akan datang untuk menyembah Mesias: “kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan, kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya!” (Mzm 72:10-11). Yesaya juga menubuatkan tentang persembahan-persembahan yang dibawa: “Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN” (Yes 60:6).
Dengan demikian orang-orang Majus itu tidak hanya melambangkan bangsa yang menemukan jalan menuju Kristus, tapi mereka juga mewakili aspirasi terdalam dari manusia, dinamika agama-agama, dan akal budi manusia menuju Kristus.

KETIGA, kepada Herodes dengan sarananya: kekuasaan. Dengan kekuasaan kecerdikannya ingin memperdaya orang-orang Majus yang telah sampai di Yerusalem yang membawa warta, “Dimanakah Raja Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di ufuk timur dan kami datang untuk menyembah Dia.”

KEEMPAT, akhirnya bagi kita, Hari Raya Penampakan ini pun mengingatkan akan dinamika iman kita. Allah yang tetap berinisiatif menarik semua orang. Natal yang kita rayakan, Emanuel menjadi refleksi bahwa Allah mengundang kita. Dalam dinamika itu kita boleh bertanya diri siapa Allah yang menampakkan diri padaku? Sarana apa yang dipakai Allah ketika menampakkan diri kepadaku? Adakah bintang yang bisa kulihat, sesuatu yang menarik perhatianku untuk merasakan Allah yang menolongku, membimbingku, menganugerahiku kesehatan, persaudaraan dst?
Kita selalu dan terus mencari Tuhan dalam setiap peristiwa hidup. Lalu sarana apa yang riil yang bisa kulakukan untuk menjumpai Allah yang menampakan diri kepadaku? Dengan kebijaksaaanku kah sehingga aku memilih untuk menyediakan waktu berelasi dengan Allah melalui doa-doaku? Dengan kelembutan dan kemurahhatianku kah aku membangun relasi dengan orang-orang di sekitarku, di tengah keluargaku, di tempat kerjaku? Hari Raya Penampakan Tuhan membangunkan kesadaran kita akan kewajiban kita untuk bersembah sujud kepada Kristus melalui doa, sembah bakti, dan perbuatan-perbuatan baik serta kurban.
Atau kita berlaku sebagai Herodes, yang selalu memusuhi Allah. Seakan kita bisa melakukan apapun tanpa Allah.

No comments:

Post a Comment