Ia memikul beban itu bersama dengan kita

Matius 11:28-30

Salah satu kebutuhan utama manusia adalah ketenangan dalam hidupnya. Ada di dalamnya rasa aman, nyaman, gembira dst. Dan kebutuhan itulah yang dicermati oleh Yesus dalam perikop singkat dari Injil hari ini.

Tetapi, yang menarik di sini bahwa Yesus menawarkan ketenangan dengan cara memikul kuk. Kuk adalah balok kayu yang ditaruh atau diletakkan di atas pundak sapi atau lembu untuk menarik sesuatu. Dengan menggunakan kuk, sapi atau lembu dapat dipakai untuk membajak sawah, menarik gerobak, dan lain-lain.

Berbicara tentang kuk yang ditawarkan oleh Yesus, mungkin terlintas di pikiran kita suatu beban, kesulitan, masalah…sehingga mudah sekali kita mempertanyakan: bagaimana mungkin seseorang dapat merasa tenang ketika berada dalam masalah atau ketika memiliki beban.

Undangan Yesus adalah: “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (ay 28). Rasanya menjadi sebuah undangan yang tak akan pernah usang ditelan zaman. Undangan ini mau menggarisbawahi bahwa Tuhan sungguh-sungguh tahu apa yang sedang kita alami di dalam hidup ini. Ia sangat megenali rasa letih dan lesu kita, yang kadang kita espresikan melalui keluhan, mungkin karena perkerjaan kita, alam di sekitar kita, orang-orang di sekitar kita. Singkatnya bahwa banyak orang yang merasa harus memikul beban yang berat, diundang datang kepadaNya.

"Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (ay 29-30).

Pertama-tama kita diundang untuk belajar merendahkan hati, khususnya ketika kita tengah bergumul dengan suatu masalah yang tidak dapat kita atasi sendiri. Sayangnya bahwa masih banyak orang tidak mau mengakuinya, padahal ada banyak permasalahan di dalam hidup ini yang tidak dapat kita tanggung dengan kekuatan sendiri.

Yang kedua, adalah berserah. Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang.” Jika kuk adalah adalah sebatang kayu yang dibentuk untuk mengekang dua ekor sapi, dan menjaga mereka supaya terikat bersama sehingga mereka dapat berbagi beban secara seimbang. Maka, memikul kuk bagi kita berarti taat kepada Dia dan mau bekerja untuk Dia.

Seruan Yesus untuk memikul, itu bukan berarti bahwa Dia ingin menambahkan beban kepada kita. Sebaliknya Dia justru mengajak kita untuk BERSERAH dan BERBAGI, sehingga kita dapat terus berjalan bersama-Nya sambil memikul bersama beban itu, sehingga beban kitapun akan menjadi lebih ringan. Beban hidup ini bukanlah semata-mata permasalahan hidup saja, melainkan juga menyangkut cara pikir kita yang salah dan perasaan bersalah yang terus-menerus menekan kita.

Kita tahu satu-satunya cara Tuhan untuk mengangkat beban kita adalah dengan kerelaan-Nya memikul beban itu bersama dengan kita; tetapi di saat yang sama itu kita juga harus menyerahkan diri kepada-Nya, agar Dia dapat mulai mengendalikan hidup kita!