Berjaga Bersama Tuhan

Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Mat 26 : 40 -41).
Kalimat itu dilontarkan Yesus pada Petrus di taman Getsemani, saat Ia kembali dan mendapatkan murid-muridnya sedang tertidur. Rasanya kalimat ini tampak begitu sederhana dan mudah. Permintaan Yesus pada murid-muridnya begitu sederhana yakni berjaga-jaga satu jam saja dengan Dia. Hanya satu jam.. dan mereka gagal. Saat membaca kalimat ini mungkin memang kita berpikir, “ah mudah! toh hanya sejam”.

Tapi dalam satu jam itu bisakah kita benar-benar bertahan untuk terjaga? ataukah kita kemudian membiarkan diri kita jatuh tertidur seperti murid-murid Yesus? Pertanyaannya sekarang, bisakah kita? ataukah kita juga sering tertidur secara spiritual dan membiarkan permasalahan kehidupan menguasai kita? Ataukah kita terlalu sibuk dengan kehidupan kita, dan kita lupa untuk berjaga-jaga dengan Tuhan?

Firman Tuhan tak pernah berubah. Hari ini Firman yang sama kembali berbicara pada kita. Mengingatkan kita untuk berjagga-jaga bersama Tuhan. Ayat ini memang berbicara tentang kebersamaan dan hubungan manusia dengan Allah. Hubungan yang dekat dan senantiasa dibaharui dan bukan sekedar sebuah hubungan yang seadanya. Satu jam mungkin singkat buat kita, tapi dalam satu jam jika kita berbicara dan membina hubungan dengan sesama, kita sudah bisa mengenal orang itu. Apalagi jika dilakukan setiap saat dan setiap hari. Demikian juga hubungan manusia dengan Tuhan. Relasi yang dibina setiap hari akan membangun sebuah hubungan yang kokoh dan sulit untuk digoyahkan bahkan oleh gelombang hidup yang sangat besar sekalipun.

Ayat ini berbicara mengenai relasi manusia dengan Allah sekaligus juga meunjukkan kebergantungan manusia kepada Tuhan. Bagaimana tidak, Ayat berikutnya justru menunjukkan dengan jelas akibat dari ketidakmampuan untuk senantiasa berjaga-jaga bersama Dia. Dikatakan, “ Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Ya.. tak salah lagi.. akibat dari ketidakmampuan manusia dalam berjaga-jaga, ia akan hanyut dan tenggelam dalam gelombang kehidupan dunia yang kadang membawa kehangatan dan kemewahan namun kadang membawa manusia dalam keterpurukan. Keinginan dan kehendak manusia yang lemah tidak mudah ditundukkan begitu saja. Gemerlap dunia seringkali mengikat dan menjerumuskan daging yang lemah itu. Roh memang penurut tapi daging lemah. Dan itulah celah dimana dosa masuk.

Keinginan yang dibuahkan. Keinginan yang dituruti dan entah apalagi. Kehidupan yang tdak bergantung pada Tuhan akan membawa manusia pada jalan kematian yang kekal walau mungkin perjalanan itu terasa nikmat dan menyenangkan dalam balutan kesenangan dan kelimpahan dunia. Ego, ambisi, keinginan, harapan, kesenangan kadang menyeruak masuk dalam kehidupanku. Terasa manis namun seringkali berbuah pada kepahitan. Rutinitas yang terkadang membuatku menjauh dari Tuhan dan tak lagi berjaga-jaga justru membuatku jatuh tepuruk dalam keinginan yang berbuah dosa. Dan kata-kata itu benar adanya..

Roh memang penurut dan daging lemah. Di titik ketika kita tak lagi punya hubungan yang kokoh… saat itu kegamangan membawa kita pada pilihan yang salah, Kegelapan seakan menutup mata kita dan menipu kita dalam bayang-bayang semua kenikmatan dan kesenangan sesaat. Terkadang hasrat dan keinginan yang hadir tak ingin ditolak karena ia menawarkan surga dunia. Keinginan itu begitu menggoda dan kita tak mampu menundukkan keinginan kita dibawah kehendak Tuhan. Saat ini terjadi.. keinginan itu pun berbuah dosa…

Lantas bagaimanakah kita bisa berjaga-jaga dengan Tuhan? Jawabannya ada pada Doa dan pengenalan akan Allah. Doa adalah nafas kehidupan orang percaya. Komunikasi nyata antara manusia dan penciptanya. Doa melahirkan kerinduan untuk mengenal Dia sekaligus kesiagaan bagi kita untuk tetap berada dalam naunganNya yang dapat menutup setiap celah yang terbuka. Doa jugalah yang membuka mata roh manusia tetap terjaga akan setiap godaan dan keinginan. Doa bisa membuat kita tetap terjaga dan mengenali auman singa yang berusaha menerkam kita.

Kehidupan dunia menawarkan banyak hal. Kesenangan, kepedihan semua ada. Kita tinggal memilih. Sama seperti kehidupan bersama Tuhan. ia juga menawarkan dua pilihan. Berkat atau kutuk, kehidupan ataukah kematian. Jalan mana yang dipilih memang itu pilihan setiap orang.

Satu jam memang singkat. Namun jika satu jam demi satu jam dirangkai. Tentu akan menghasilkan sebuah kehidupan bersama Allah yang berkesinambungan. Ketika kita bisa berjaga-jaga satu jam demi satu jam.. bersama Tuhan…maka kita tidak lagi menghalangi kasih dan penjagaan Tuhan mengalir atas kita. Trus dilanjutkan hening…atau doa

Yesus Datang dalam Damai dan Demi Kedamaian

Kedatang Yesus ke Yerusalem bukan untuk berperang, melainkan menawarkan damai. Yesus datang dalam damai dan demi kedamaian. Keledai menjadi wahana kedatangan Yesus sebagai simbol perdamaian.Meski tak dianggap oleh kebanyakan orang karena tak segagah kuda, lamban, dan terkesan bodoh, keledai dihargai. Bahkan, kepada para murid yang diutus untuk menjemput keledai tersebut, Yesus berpesan, ”Tuhan memerlukannya.”

Keledai muda itu secara tidak langsung diangkat menjadi rekan sekerja Yesus dalam menuntaskan misi-Nya: menjadi Juruselamat dunia. Menjadi rekan sekerja Yesus dan menjadi simbol perdamaian merupakan tugas yang mesti dijalani keledai muda itu. Tak ada paksa memaksa di sini. Yesus tidak memaksa keledai tersebut untuk tunduk kepada-Nya.

Sebaliknya, sang keledai pun kelihatannya pasrah, ’menerima tanpa syarat’ kala para murid menghamparkan pakaian mereka di atas punggungnya. Tak ada pemberontakan. Yang ada hanyalah kerelaan terlibat dalam karya Tuhan. Dia bersikap laksana hamba Tuhan: tak menolak kerja dan rindu menyenangkan hati Tuhannya.

Jika demikian halnya, agaknya kita pun harus belajar dari keledai pada hari Minggu Palma ini! Tuhan mau bicara kepada kita bahwa Ia melihat hati seorang yang jujur, polos dan rendah hati. Ia menghargainya dan bahkan mengakatnya menjadi rekan sekerja Yesus dalam menuntaskan misi-Nya. Menjadi rekan sekerja Yesus dan menjadi simbol perdamaian merupakan tugas yang mesti kita jalani.

Tuhan Memberkati.