Berjuang dan berkorban


Yoh 10:22-30

makam para dehonian di Asten
Sabda Tuhan setiap saat senantiasa mngarahkan kita para pembaca dan pendengarnya, pada luhurnya nilai pengurbanan diri. Marilah kita selalu belajar dari Yesus yang mengurbankan dirinya bagi kita. "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku" (Yoh 10:28). Dalam Kisah Para Rasul, Lukas juga menasihatkan bahwa Para Rasul yang menderita penganiayaan tetapi tetap berani mewartakan Injil. "Banyak saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. ... mereka ini memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan. Tangan Tuhan menyertai mereka" (cf. Kis 11:19-26).

Kita tahu bahwa pada waktu itu orang-orang Yahudi menghadapi Yesus dengan sikap bimbang, penasaran dan ragu. Seakan mereka tidak pernah melihat Yesus berkarya atau mendengar Yesus mengajar. Mereka lalu mendatangi Yesus, mendesak Dia untuk segera menyingkapkan DiriNya di hadapan mereka. "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami" (Yoh 10:24). Lalu Yesus menunjukkan dua sebab mengapa mereka (kita) masih dalam kebimbangan dan keraguan dan tidak mengenal Yesus.

Pertama, mereka tidak pernah berpikir apalagi meyakini bahwa dengan mengerjakan karya-karya besar Allah, Yesus sesungguhnya menunjukkan diri berasal dari Allah.

Kedua, mereka (atau kita) belum membuka diri  untuk menjadi kawanan domba, milik kepunyaanNya. Artinya, Yesus belum mendapat tempat dalam hati mereka, dalam hati kita. Sesama atau Tuhan mendapat tempat dalam hati kita bukan pertama-tama karena kita mendengar mereka berbicara, melihat mereka berkarya melainkan karena hati kita tulus dan terbuka menerima mereka.

Belajar dari kepemimpinan Yesus

Yoh 10:1-10

Yesus menggunakan perumpamaan pintu untuk mejelaskan diriNya sebagai Gembala yang
bagian dari rumah SCJ di Asten
menuntun para domba masuk dalam rumah surgawi. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu”. Mengapa Yesus memilih pintu dalam perumpamaanNya? Kita tahu bahwa pintu berarti tempat kita keluar masuk suatu ruangan. Pintu adalah penghubung antara suatu ruangan dengan ruangan yang lain. Pintu juga diartikan sebagai suatu legalitas. Kalau kita melewati pintu berarti kita masuk secara ”resmi” kita aman dan diakui keberadaan kita.

Jika hari ini Yesus menyebut diri sebagai pintu, ini berarti Yesuslah penghubung sekaligus legalisasi atau jalur yang aman bagi kita untuk menuju ke Bapa di surga. Yesuslah kebenaran dan jalan keselamatan bagi kita.

Selain itu, sebagai gembala yang baik, Yesus sungguh dekat dengan kita para domba-Nya. Ia mengenal satu demi satu domba-domba-Nya. Ia pun hafal nama kita masing-masing. Ia akan menuntun kita satu per satu keluar menuju keselamatan kita. Yesus pun sudah mengetahui, bahwa sewaktu-waktu ada gembala yang tidak baik, gembala yang akan merusak rencana agung-Nya. Rencana keselamatan bagi manusia. Marilah kita bangun hubungan mesra, penuh kepercayaan, pengharapan dan kasih dengan pribadi-pribadi yang Tuhan berikan dalam hidup kita ini.

Oleh sebab itu, merenungkan sabda Yesus ini, kita diingatkan bahwa ada tiga kriteria kepemimpinan Yesus: Pertama, Yesus melibatkan diri dalam kehidupan manusia untuk mengenal dan akrab dengan mereka yang dipimpinNya. Kedua, Yesus merindukan dan mengusahakan persekutuan mereka yang dipimpinNya. Ketiga, Yesus rela berkorban sampai mati untuk mereka yang dipimpinNya.

Minggu Panggilan

Minggu Paskah IV, Kis 4:8-12; 1 Yoh 3:1-2; Yoh 10:11-18

Rasanya cepat sekali, kita hari ini sudah memasuki Hari Minggu Paskah ke-IV. Sebuah hari Minggu yang didedikasikan oleh Gereja Katolik sebagai Hari Minggu panggilan atau hari Minggu Gembala Baik. Sebuah hari Minggu yang dikhususkan untuk mendoakan dan meneguhkan panggilan kita masing-masing baik sebagai imam, religius dan juga seluruh awam umat beriman.

jlan-jalan di Freiburg
Kita semua harus meyakini bahwa bentuk panggilan apa pun, entah menjadi imam, bruder, suster, selibater, atau menikah dalam keluarga, semuanya adalah panggilan suci untuk semakin dekat dengan Kristus, Sang Gembala Baik. Maka tidak dipungkiri bahwa semua bentuk panggilan dalam Gereja bersifat ambil bagian dalam kesempurnaan penyerahan diri dan pengorbanan Sang Gembala Baik, Yesus Kristus itu. Hanya dengan bersatu dengan Kristus, entah sebagai imam, biarawan atau biarawati ataupun hidup berkeluarga, seseorang disucikan dan menemukan identitasnya yang sejati dan suci.

Sabda Tuhan pada hari Minggu Panggilan ini memfokuskan arah iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Gembala baik di dalam Gereja. Di dalam bacaan pertama kita mendengar Petrus dengan tegas berkata, “Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang bangunan, yaitu kamu sendiri, namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam nama siapa pun juga selain di dalam Dia”. 

Yohanes dalam bacaan kedua mengatakan dampak dari kegembalaan Yesus yaitu kita sebagai anak-anak Allah. Martabat sebagai anak-anak Allah adalah wujud kasih Allah yang berlimpah kepada kita semua yang percaya. Yesus sebagai satu-satunya juru selamat membuat kita semua memiliki martabat baru sebagai anak-anak Allah yang akan melihat Yesus dalam keadaanNya yang sebenarnya. 

Di dalam Injil, Yesus sendiri mengakui diri-Nya sebagai gembala baik. Ia berkata: “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” (Yoh 10:11). Gembala yang baik itu memberi dirinya secara total untuk domba-dombanya. Tetapi Yesus membedakan dirinya dengan orang-orang upahan yang sifatnya penakut terhadap ganguan dari luar dan mudah mencari nyaman dengan meninggalkan domba-dombanya sendirian.

Gembala yang baik tidak hanya membuat dirinya dikenal tetapi ia juga mengenal domba-dombanya seperti yang ditunjukkan Yesus sendiri. Perhatian Yesus bukan hanya bagi domba-domba di dalam kandang-Nya tetapi domba-domba di luar kandang pun harus dituntun-Nya, mereka mendengar suara-Nya dan menjadi satu kawanan domba. Sebelumnya Petrus mengakui imannya bahwa keselamatan hanya ada di dalam nama Yesus. Kini, Yesus menyempurnakannya dengan mengatakan bahwa keselamatan yang hendak diberikan-Nya itu sifatnya universal. Semua orang baik yang dibaptis maupun yang terbuka hatinya kepadaNya layak menerima keselamatan.

Sabda Tuhan pada hari Minggu Panggilan ini membuat kita menyadari betapa besarnya kasih Tuhan sebagai Gembala utama kita:
Pertama, Ia berkenan untuk tinggal bersama kita, mendampingi serta menuntun kita ke jalan yang benar. Dia mengenal kita dan kita didirong untuk juga mengenal suaraNya. Sifat gembala yang baik semestinya membuat kita sadar diri untuk berlaku yang sama terhadap semua anggota keluarga terutama yang sangat membutuhkan.

Kedua, Ia sebagai gembala juga memperhatikan “domba yang bukan dari kandangNya” sehingga menjadi satu kawanan dan satu gembala. Implikasinya pada tugas kita sebagai Gereja untuk melayani semua orang tanpa pamrih, pun tidak hanya dikhususkan bagi umat katolik tetapi bagi semua umat manusia.

Ketiga, Kita didorong oleh gerak Roh Kudus untuk mendoakan panggilan-panggilan baru bagitugas kegembalaan di dalam Gereja, baik sebagai sebagai imam, biarawan atau biarawati. Secara khusus, bagi anak-anak, remaja dan orang muda, mari kita berdoa untuk mohon rahmat panggilan bagi kita masing-masing, agar Tuhan memanggil kita sebagai mitra kerja Allah.