Pesta Malaikat Pelindung

Istilah malaikat berasal dari kata Arab = ”malaaikah”, Ibrani ”mal’akh” yang berarti pembawa pesan. Dalam bahasa Inggris = angel, Latin = angelus yang berakar pada kata Yunani angelos, yang berarti pembawa pesan. Sesuai dengan namanya, para malaikat bertugas membawa pesan dan misi dari Tuhan. Tuhan mengutus para malaikat untuk menyatakan kehendak-Nya, untuk membimbing, mengajar, menegur serta menghibur umat-Nya.

Malaikat adalah makhluk rohani yang diciptakan Allah, artinya mereka tidak memiliki tubuh ragawi: tidak memiliki daging atau darah. Malaikat tidak dilahirkan, tetapi diciptakan Allah. Karena tidak memiliki tubuh, maka mereka tidak menjadi tua dan mati.

Gambar malaikat pelindung yang paling sering kita jumpai adalah gambar seorang malaikat yang sedang melindungi seorang anak kecil yang sedang berjalan menyeberangi sebuah jembatan kecil. Pada tahun 1608, Paus Paulus V menambahkan pesta para malaikat pelindung ke dalam penanggalan para kudus dan pesta gerejani. Mengetahui serta mengimani bahwa kita masing-masing mempunyai seorang malaikat pelindung yang melindungi kita, sungguh sangat membesarkan hati. Malaikat pelindung kita adalah hadiah dari Tuhan kita yang penuh belas kasih. Dalam Perayaan Ekaristi, kita juga menguduskan nama Allah bersama paduan suara malaikat.

Nah, apa sih yang dilakukan malaikat?
Pertama, Malaikat memandang, memuji dan memulikan Allah di hadirat-Nya yang Ilahi. Hendaknya disadari bahwa setiap kita mempunyai seorang malaikat pelindung. Yesus sendiri pernah bersabda, “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu; ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga” (Mat 18:10). Kita pernah menjadi kecil.

Kedua, Malaikat merupakan pembawa pesan atau utusan. Kitab suci melukiskan peran malaikat sebagai utusan Allah yang menyampaikan pesan, melaksanakan keadilan atau pun memberikan kekuatan serta penghiburan.

Tak dapat dipungkiri bahwa kita bertumbuh sebagai manusia: mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Namun, kalau kita mau jujur, kita sering lupa atau bahkan melupakan soal pertumbuhan itu, bahwa kita menjadi besar karena bertumbuh dari kecil.
Ketika kita mencermati hidup kita sekarang ini (setelah besar), tidakkah kita telah kehilangan tidak sedikit sikap atau prilaku kala waktu kecil? masihkan kita mempunyai kepolosan, keterbukaan dan kepasrahan seperti yang pernah kita punyai di kala kecil? Sikap-sikap itulah yang senantiasa berkenan kepada Yesus, sehingga kita boleh masuk KerajaanNya.