Kesadaran Diri

Kita dapat belajar dari cara hidup orang Faris dan ahli Taurat, bahwa orang yang tidak membuka hatinya, tidak akan mampu menerima tanda apa pun (yang didengar, dilihat dan dibaca) yang diberikan kepadanya (Luk 11:29-23).
Kok bisa begitu? Karena orang itu tidak sungguh sadar dan tahu nilai atau manfaat apa yang dikerjakan.

Undangan Perjamuan Tuhan

Hari Minggu Biasa XXVIII, 9 Oktober 2011
Yes 25:6-10a; Flp 4:12-14.19-20; Mat 22:1-14

Panggilan untuk hidup bersatu dengan Allah dan berbahagian di akhir zaman, sering dilukiskan dalam Kitab Suci dengan suatu pesta (con: perkawinan), di mana semua orang DIUNDANG untuk datang.

Salah satu indikasi yang paling konkrit orang yang mengikuti pesta adalah bila orang itu mengenakan pakaian pesta. MENGAPA? Pakaian memberi bentuk kepada orang yang memakainya sehingga dapat dikenali. Demikian pun dengan pakaian pesta. Jika orang datang ke pesta dan tidak mengenakan pakaian pesta berarti datang TANPA SUNGGUH mau mengikuti pesta. Orang baru dapat dikatakan datang ikut perjamuan pesta bila memang mau menghadiri pesta itu, bukan untuk urusan lain. Datang tanpa pakaian yang cocok berarti tidak membiarkan diri dikenal sebagai yang datang untuk itu. Itulah yang dinamakan komitmen yang setengah-setengah atau dengan kata lain setengah hati.

Komitmen setengah-setengah ini kurang dapat menjadikan hidup orang menjadi bagian dari hidup dalam Kerajaan Surga. Kebalikannya, datang dengan mengenakan pakaian pesta berarti datang tanpa maksud atau tujuan lain. Yang bersangkutan akan DIKENALI sebagai orang yang hidupnya sedang BERUBAH dari yang ada di persimpangan jalan menjadi dia yang hidup dalam perjamuan.

Tuhan menawarkan kepada kita kasih-Nya yang menyelamatkan. Sebab itu, marilah kita membuka hati bagi tawaran keselamatan Tuhan itu.