Pesta Pemuliaan Salib Suci

Simbol dari kasih bukanlah hati melainkan salib. Sebab hati suatu saat akan berhenti detaknya, tetapi Manusia yang tersalib itu tidak akan berhenti mengasihi. 
Bil 21,4-9; Fil 2,6-11; Yoh 3,13-17 
Hari ini kita merayakan pesta Pemuliaan Salib Suci. Mengapa menggunakan kata PEMULIAAN? Jelas bahwa dengan kata pemuliaan, salib tidak ingin dihadirkan kepada seluruh umat beriman dengan aspek penderitaan, keras dan beratnya hidup, atau sulitnya mengikuti Kristus. Tetapi, salib hadir sebagai sumber yang membanggakan dan yang membesarkan hati.
Secara historis, pesta ini juga mau mengingatkan kita tentang dua peristiwa besar dalam sejarah iman Kristiani. Pertama, adalah peresmian dua basilika pada tahun 325 oleh Kaisar Konstinus (di Golgota dan di Makam Yesus).  Kedua, kemenangan Kristen atas Persia (abad VII) yang diartikan kembalinya salib dari tangan Persia ke Yerusalem.
Seni Romawi Kuno
Lebih dari itu, pesta ini merupakan ungkapan iman Gereja terhadap Salib Yesus sebagai jalan keselamatan. Palulus menyajikan sebuah himne terkenal, di mana salib dipandang sebagai alasan atas "peninggian" Kristus. “...Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai wafat, bahkan sampai wafat di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia, dan menganugerahkan-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuklututlah segala yang ada di langit, dan yang ada di atas serta di bawah bumi, dan bagi kemuliaan Allah Bapa segala lidah mengakui, “Yesus Kristus adalah Tuhan.”
Ketika saya mencermati lukisan atau mozaik salib di beberapa Gereja atau Basilika atau biara-biara mosnatik, saya menemukan dua kharakter seni yang mencolok. Pertama, seni Romawi Kuno (abad IV) yang menampilkan salib dengan wajah Yesus mengarah ke depan, mata terbuka, tanpa bayangan penderitaan, tidak lagi dinobatkan duri, tetapi dengan permata. Dalam bentuk mozaik, sering ada dekorasi yang bercahaya dan ada ditambahkan tulisan “Salvezza del mondo” atau “Salus Mundi” artinya keselamatan dunia.
Seni Gotik / Modern
Kedua, Seni Gotik (modern, mulai abad XII) yang menampilkan salib dengan tampak ekstrim, tangan dan kaki menggeliat, sekarat di bawah seikat duri, seluruh tubuh ditutupi dengan luka. Tampak dramatis, realistis, menyedihkan - mewakili lintas mata - dingin. Salib diungkapkan sebagai simbol penderitaan dan kejahatan di dunia dan realitas mengerikan dari kematian.
Dua kharakter seni ini tampaknya mewakili dua sudut pandang. Di satu sisi Salib dipandang sebagaipenyebab", itulah yang biasanya salib menghasilkan: kebencian, kedengkian, ketidakadilan, dosa. Di sisi lain Salib dipandang sebagai “bukan penyebab” tetapi efek dari salib, atau apa yang dihasilkan dari salib: rekonsiliasi, perdamaian, kemuliaan, keamanan, kehidupan kekal. 

Memuliakan atau meninggikan salib berarti meninggikan cinta, Yesus Yang Tersalib telah meninggikan cinta. Jalan yang ditempuh: Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai wafat, bahkan sampai wafat di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia. Bagi kita, meninggikan salib berarti membuka hati kita untuk menyembah dan mengagumi. Dengan demikian, akan menghasilkan bagi kita dan orang di sekitar kita suatu rekonsiliasi, perdamaian, kemuliaan, keamanan, kehidupan kekal.