Simon dan Yudas Tadeus, teladan iman

Hari ini kita merayakan Pesta St. Simon dan Yudas; dua rasul yang kita hanya sedikit tahu atau sedikit mengenal mereka. Simon kita kenal sebagi keturunan Zelot, yang bersemangat. Yudas disebut juga Tadeus berarti murah hati. Kita yakin bahwa kehadiran mereka dalam dinamika dengan rasul-rasul lainnya dan dengan Yesus Sang Guru tentu lebih dari apa yang kita alami.

Gereja San Martino, Francis (doc.6/6/14)
Dalam bacaan Ijil hari ini (Lukas 6,12-19), Yesus memilih kedua rasul ini jelas atas nama tindakan Allah. Yesus memilih mereka dari orang-orang biasa, orang-orang yang tidak memiliki pendidikan khusus, untuk tugas yang luar biasa. Dan bacaan Injil yang telah kita baca dan dengarkan baru saja mengajar banyak hal kepada kita. Setidaknya ada tiga hal yang dapat kita garis bawahi dari pewartaan Yesus:

Pertama, doa. Bagi Yesus doa menjadi saat yang amat penting. Maka tak mengherankan bila ia memilih tempat yang istimewa: mendaki sebuah bukit, sebuah situasi yang sungguh spesial di mana Ia bisa secara bebas berada bersama Tuhan, berbicara kepadaNya. Bila kita cermati, doa menjadi amat penting untuk memulai setiap karyaNya. Mengapa? Karena Ia percaya bahwa bukan semata keinginan dan kehendakNya yang terjadi, melainkan  hanya kehendak Allah yang terjadi. Kedekatan relasinya dengan BapaNya membuat Ia mampu melakukan banyak mujizat. Adalah sebuah undangan bagi kita untuk mempunyai kedekatan relasi yang intim dengan Allah, sehingga kita juga mampu mengenali kehendak Allah dalam setiap waktu dalam hidup kita. 

Kedua, panggilan. Yesus memanggil murid-murid-Nya dan memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebut-Nya rasul. Yesus memanggil, memilih dan mengajak mereka membentuk sebuah komunitas yang menghidupi semangat belajar untuk belajar. Kita ingat bagaimana dinamika kelompok 12 itu. Mereka bertekun dalam doa, ekaristi dalam pengajaran, dst.
Dan Yesus juga memanggil Anda dan saya untuk bersedia menjadi murid bagi saudari dan saudara kita, yang mengisyaratkan kerendahan hati dan kesiapsediaan untuk belajar. dan sekaligus guru bagi saudari dan saudara kita, yang mengisyaratkan kerendahan hati untuk membagikan apa yang mereka perlukan. Sehingga antara satu dengan yang lainnya saling saling mendukung, melengkapi dan berbagi.

Ketiga, karya atau peutusan. Begitu mengagumkan. Buah dari ketekunan doaNya, kekompakanNya dengan komunitas 12 rasul, menjadikan banyak orang diselamatkan, disembuhkan, diangkat kembali dari kejatuhan mereka. Ia berkarya dan melayani banyak orang. Ia mengajarkan kebaikan, menyembuhkan pelbagai kelemahan dan membebaskan dengan mengusir pelbagai setan dan roh jahat. Demikian pun dengan para Rasul.
Kitapun dipanggil untuk terus berkarya, saling mengajarkan kebaikan, saling menyembuhkan kelemahan dan saling memberikan pembebasan dari plbagai bentuk kejahatan.

Mari kita penuhi undangan Tuhan untuk memiliki relasi dekat denganNya, melalui setiap doa kita; mari kita dengarkan panggilanNya untuk menjadi murid yang gigih belajar dan mari kita menghidupinya dalam karya, profesi dan tugas harian kita. Dan semoga Tuhan senantiasa menyertai niat-niat baik kita. Amin.

Berdoa berarti datang kepada Tuhan dengan segala pengharapan

Lukas 11,5-13
Kita tahu bahwa Yesus adalah seorang pendoa. Sebelum dibabtis oleh Yohanes, Yesus berdoa. Sebelum Ia menetapkan 12 muridnya sebagai Rasul, Ia juga berdoa semalaman. Ia juga mengajak para muridNya, seperti Petrus, Yakubus dan Yohanes untuk pergi berdoa. Yesus hendak membiarkan kekuatan ilahi menyertai setiap saat hidupnya. Dan penting diketahui bahwa sebelum Ia mengajar murid-muridnya berdoa, Yesus sendiri selalu berdoa terlebih dahulu.

Pengajaran Yesus tentang doa kepada para muridNya, mau menekankan kepada kita tentang dua hal mendasar di dalam doa, yaitu: apa yang harus kita lakukan dan apa yang harus kita yakini.
Rm. Y. Kurkowski SCJ sedang berdoa di Gereja St. Alfonsus, Roma (Sept 2013)
Pertama, Apa yang harus kita lakukan? Kita tahu bahwa Yesus menggunakan tiga kata kerja untuk mendorong para murid berdoa kepada Allah BapaNya. Minta, cari dan ketok! Mintalah! Ketika kita meminta kepada Bapa, berarti kita mengakui bahwa Allah Bapa adalah sumber segala berkat yang kita butuhkan. Carilah! Sebuah perintah untuk mencari kehendak Allah. Allah tahu yang terbaik untuk hidup kita, Allah mengenali isi hati kita, tetapi, terkadang kita tidak sadar dan bahkan tidak tahu menahu apa yang Bapa ingin kerjakan melalui dan di dalam anak-anak-Nya. Ketoklah! Ada pintu yang menjadi gerbang bagi kita dan acapkali tidak bisa kita buka sendiri karena keterbatasan kita. Dan hanya Allah yang dapat membukakannya bagi kita (ay 9-10).
Sekali lagi hal pertama yang amat mendasar adalah: apa yang harus kita lakukan atau apa yang harus kita buat dalam doa. Dalam realitas hidup kita bersama orang lain, berbuat sesuatu untuk orang yang membutuhkan adalah sesuatu yang selayaknya spontan terjadi dalam dinamika kehidupan sosial kita.

Kedua, Apa yang harus kita yakini? Dengan meminta, mencari dan mengetok, kita diajak untuk tidak ragu datang kepada Bapa kita, ketika membutuhkan pertolongan. Datanglah dengan kesungguhan hati dan kesadaran bahwa tanpa Tuhan, kita bukan siapa-siapa. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa Allah adalah Bapa yang Maha Baik. Keberanian dan kesungguhan kita datang kepadaNya adalah karena Ia adalah Bapa yang baik. Ia tidak mungkin merencanakan sesuatu yang buruk untuk anak-Nya. Karena itu jangan datang kepada Tuhan dengan prasangka dan tuduhan yang buruk terhadap Tuhan, melainkan datanglah dengan pengharapan (ay 11-12).

Berdoa berarti datang kepada Tuhan dengan segala pengharapan. Pertama-tama dalam doamu biarlah kekuatan ilahi menyertai setiap saat hidupmu. Dan akhirnya, jika Anda dan juga saya ingin menjadi pendoa, marilah kita selalu belajar dari Sang Guru kita, yakni Yesus. Dan saat ini juga seusai membaca renungan ini ambilah waktu untuk berdoa.

Tuhan akan menyertai niat baik Anda.