St. Maria Magdalena


Rabu, PW St. Maria Magdalena Yoh 20:1-2, 11-18

Hari ini Gereja memperingati St. Maria Magdalena (dari Magdala). Dia adalah saksi pertama kebangkitan Yesus. Dialah salah satu wanita yang memiliki relasi yg amat personal atau intim dengan Yesus sebagai guru, sekaligus sebagai sahabatnya. Relasi amat personal ini dengan amat baik dikisahkan dalam novel Pengakuan Maria Magdalena: Saat-saat Intim Bersama Sang Guru (Rm. Martin Suhartono SJ).

Kisahnya mengunjungi Yesus di makam pagi-pagi benar (uput-uput) menunjukkan bahwa betapa Maria Magdalena ingin menjadi orang yang pertama datang dan mengurapi tubuh Yesus.

Tetapi, ketika ternyata tubuh Yesus sudah tidak ada lagi, kubur menjadi kosong, hati Maria Magdalena pun menjadi kosong, putus asa, sehingga ia tidak bisa melihat dan mendengar dengan jernih. Hati yang berkecamuk dan tidak hening membuat kehadiran Yesus tersembunyi baginya, sehingga Ia tidak bisa mengenali sapaan Yesus.

Namun ketika hati Maria mulai tenang, dan Yesus menyapa dengan sapaan personal, ia mulai mengenal suara Yesus. Maria mengajak kita :
- untuk senantiasa hening dalam hati agar kita menjadi peka terhadap sapaan Allah
- untuk mengenal (menjalin relasi dengan) Yesus secara lebih personal

Dasar itu adalah melaksanakan kehendak Allah


Selasa. Kel 14:21-5:1; Matius 12:46-50

Sebuah bangunan yang didirikan atas dasar batu atau beton akan mampu berdiri kokoh, kuat dan tidak tergoyahkan meski dilanda hujan, banjir dan angin atau bahkan gempa. Namun bila dasarnya hanya pasir, maka bangunan itu akan roboh dan berantakan.

Hubungan keluarga yang didasarkan atas dasar sanak kandung atau hubungan darah bisa sangat berarti. Tetapi ada kalanya semuanya itu harus berhenti. Orang juga bisa membangun sebuah keluarga atas dasar cita-cita dan perjuangan.

Sabda Tuhan hari ini mengundang kita untuk melihat dasar hidup orang beriman. Bagi Yesus dan para muridNya, ada dasar yang kokoh untuk membangun kehidupan dalam keluarga beriman. Dasar itu adalah melaksanakan kehendak Allah.

Tuhan Yesus hari ini mengingatkan kita bahwa yang menjadi ibu dan saudara kita itu jauh lebih luas dari hanya sekedar hubungan darah, suku, golongan dan agama. Kecenderungan kita, bahwa kita menerima orang lain sebagai ibu, saudara, teman jika orang lain tersebut menguntungkan kita secara pribadi. Sebaliknya sesama tersebut akan berubah menjadi musuh jika mereka tidak menguntungkan bahkan merugikan kita, Ibu, saudara perempuan dan laki-laki bagi Yesus adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa. Beranikah kita juga menunjuk sesama yang menderita dengan berkata:"Ini ibuku dan saudara-saudaraku!"

Atas dasar itulah Gereja dibangun, sehingga berdiri kokoh dan kuat. Bila Gereja kehilangan dasar itu, mungkin Gereja masih bisa tampil sebagai organisasi yang rapi, indah dan disiplin; tetapi akan kehilangan ciri dan corak khasnya yaitu: sebagai keluarga beriman yang senantiasa memperjuangkan kehendak Allah.

Itulah yang terjadi juga dalam keluarga besar Israel. Dalam Bac I dikisahkan bagaimana bangsa ini dapat melanjutkan perjalanan bahkan melintasi laut Teberau karena bangsa ini bersedia mendengarkan dan melaksanakan apa yang dikendaki oleh Allah. Allah menghendaki bangsa ini selamat.

Agar orang mjd semakin percaya

Senin. Kel 14:5-18; Mat 12:38-42.

Kadang bila kita dihadapkan pada pilihan penting atau ada di persimpangan jalan dan tidak tahu arah mana yg harus ditempuh, kita minta petunjuk / tanda dari surga. Salahkah itu? Mengapa tanda? Agar orang mjd semakin percaya. Yesus juga memberi tanda-tanda yg menyertai orang yg percaya (Mrk 16:17). Yg salah bukan bahwa mrk minta tanda, melainkan mrk jahat dan tidak setia.

Yesus sudah melakukan banyak tanda, tapi mereka tidak melihatnya sebagai tanda. Dan kalau Yesus membuat tanda yang lebih besar lagi, percuma saja. Mereka tetap tidak percaya karena memang tidak mau percaya.

Pertanyaannya, bagaimana Yesus, Anak Manusia, menjadi tanda bagi kita? Kita tahu bahwa tanda: sesuatu hal yang harus bisa kita lihat. Tanda bukan sekadar sebuah pesan. Anda mungkin berkata bahwa Anak Manusia lebih merupakan pesan ketimbang tanda, akan tetapi sebuah pesan bukanlah hal yang bisa Anda lihat tetapi lebih merupakan apa yang Anda dengar. Tanda harus merupakan sesuatu yang bisa Anda lihat. Tanda dari Yesus: kuasa kebangkitan di dalam diri setiap orang Kristen yang diubahkan; tanda dari kehidupan yang berubah.

“Apakah yg kau perbuat thd kami dg membawa kami keluar dari Mesir?” --- Kel 14: 11 “Berikanlah aku hidup, dan siapa yang peduli dg kebebasan”. Mereka berkata, “Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pd orang Mesir drpd mati di padang gurun ini” (Kel 14: 12).
Hidup dan kebahagiaan dp mjd prioritas tertinggi drpd kebebasan.

Nabi?

Nabi = seorang utusan. Konskuensinya: siap diutus (readiness), di mana pun dan apa pun tantangannya. Tugasnya menyampaikan firman. Kitab nabi Yehezkiel dalam bacaan 1 melukiskannya: .... entah mereka mendengarkan entah tidak, seorang nabi harus ada di tengah umat.
Gambaran yang sangat kuat di kalangan Yahudi adalah nabi seperti Daud, Salomo dst. Merekalah nabi sekaligus mesias. Apakah Yesus seorang nabi seperti yang dipikirkan mereka?
Inilah salah satu alasan mengapa Yesus di tolak di Nasareth. Apa yang diharapkan sebagai nabi dan mesias tidak dijumpai dalam diri Yesus. Orang-orang di Nazaret tidak bisa menerima bahwa dia itu cuma salah seorang dari antara mereka sendiri. Mereka sudah mengenal latar belakang pekerjaannya dan keluarganya. Tak ada yang baru! Mereka menyebut Yesus "tukang kayu, anak Maria".
Mat 13:55. Di situ terbaca "Bukankah dia ini anak Yusuf? Bukankah ibunya bernama Maria?" Luk 4:22 orang-orang itu berkata, "Bukankah ia ini anak Yusuf?"
Mrk 6:3 itu berdasarkan kesaksian orang-orang yang ingat betul peristiwanya, “Bukankan Ia ini tukang kayu...? Tukang kayu, aslinya "tekton" -- tidak selalu menunjuk pada tukang mebel dan pengrajin kecil, bisa juga maksudnya "ahli teknik perkayuan" atau bahkan arsitek bangunan kayu.
Menyebut orang hanya dengan nama ibunya zaman itu sama dengan melecehkan.
Intinya, dalam hati kecil mereka ingin agar Yesus yang mereka kenal itu kini tampil sebagai Mesias menurut bayangan dan harapan politik orang waktu itu. Tindakan luar biasa yang dilakukan Yesus bukan sebagai tanda kebenaran pewartaanNya, melainkan sebagai ilmu dan kekuatan yang semestinya dimiliki pemimpin yang mereka idam-idamkan. Jadi mereka akan punya Mesias yang akan memukul mundur musuh".
Mrk 6:2 tampak mereka mendengarkan Dia dan menjadi takjub, heran.

Salah Persepsi /kelaparan dalam lumbung
Dengan demikian, orang-orang Nazaret itu kehilangan kesempatan melihat siapa sebenarnya Yesus karena memenjarakan diri dengan kategori-kategori yang itu-itu saja: (1) merasa sudah tahu betul siapa dia, sudah tahu Kristologi komplit, dan (2) bersikeras bahwa tugasnya ialah membangun kembali kejayaan umat di mata orang lain.
Kedua anggapan itu menyesatkan. Mereka gagal melihat siapa sebenarnya Yesus dan apa yang dibawakannya. Mereka seperti kelaparan dalam lumbung karena tidak mengenali makanan yang tersedia.
Yesus mengembalikan manusia pada martabatnya yang sejati. Bukan manusia yang memaksakan keinginannya, yang diombang-ambingkan kekuatan-kekuatan gelap, yang kehilangan arah, yang tak lagi memiliki daya hidup.

Ia membawa kembali mereka/kita menjadi manusia yang utuh. Itulah mukjizatnya, pengutusan: mendekatkan sosok manusia sehingga makin cocok dengan yang diinginkan Pencipta.
Dalam bacaan yang kedua, Paulus menawarkan sikap rendah hati yang benar, sehingga kekuatan Kristus makin tampak dalam diri dan karya-karyanya. Bagi Paulus: duri dalam daging tak lain adalah utusan iblis yang merebut tempat dalam hatinya. Maka tiada jalan bagi Paulus selain mengandalkan kekuatan Allah dengan mengakui kelemahan pribadi. Jika aku lemah, maka aku kuat.

Nahhhh
Dengan sikap itulah, orang dimampukan menghargai kelebihan bahkan kekurangan sesamanya. Bukan malah sebaliknya, melihat hanya sebelah mata dan tak jarang lalu mencibirnya.
Kita dipanggil untuk menghargai, menerima kelebihan dan kebaikan sesama. Dengan demikian kita tidak menjadi penghalang bagi kebaikan sesama pula.
Bila kita mau jujur, banyak pekerjaan baik tidak terlaksana, sering hanya karena sikap-sikap buruk kita.

Hidupkan dalam diriku semangat kemartiranmu

Betapa besar jasamu Laurentius. Dikau salah satu diakon agung yang membantu Paus Sixtus II (257-258). Ketika Paus Sixtus ditangkap oleh serdadu Romawi, engkau bertekad untuk menemani sampai kematiannya. "Aku akan menyertaimu kemana saja engkau pergi. Tidak pantas seorang imam agung pergi tanpa pendampingan diakon".
Kata-kata Laurentius itu membuat terharu hati Paus, "Jangan sedih dan menangis anakku. Aku tidak sendirian. Kristus menyertaiku. Dan engkau, tiga hari lagi engkau akan mengikuti aku ke dalam kemuliaan surgawi".
Apa yang diungkapkan Sri Paus itu menjadi kenyataan. Harta kekayaan Gereja yang sangat besar yang diketahui oleh perfek kota Roma membuat Laurentius jadi incarannya. Mengapa tidak? Sebab Laurentiuslah yang mengurusi semua kekayaan Gereja. Dia akhirnya ditangkap dan disuruh menyerahkan seluruh kekayaan Gereja. Laurentius pun menyanggupinya, dan dalam tempo tiga hari ia mengumpulkan sejumlah orang miskin dan membagikan kekayaan Gereja kepada mereka.
Kepada perfek Roma Laurentius berani berkata, "Inilah kekayaan Gereja yang saya jaga. Terima dan peliharalah sebaik-baiknya". Kata-kata Laurentius inilah yang membuat berang dan dianggap sebagai sebuah pelecehan terhadap perfek Kota Roma. Oleh karena itu, ia segera ditangkap dan dijatuhi hukuman panggang hidup-hidup di atas besi panas membara. Laurentius pun mati sebagai martir Kristus.
Mesti harus tertunduk diam. Jika biji gandum tidak jatuh dan mati, tetap sebiji saja. Tetapi jika biji gandum itu jatuh dan mati, ia akan tumbuh dan akan menjadi banyak. Laurentius telah mati sebagai martir, tetapi kematiannya menyuburkan iman kristiani banyak orang. pengorbanan Laurentius tidak sia-sia, bahkan menjadi kekuatan bagi seluruh umat untuk tetap setia pada Allah.

Maria Diangkat ke Surga

Inilah perayaan iman yang mentradisi dalam sejarah iman kita. Maria, karena kesuciannya, langsung mengalami hidup bahagia bersama Allah di surga. Kapan dan di mana peristiwa itu berlangsung, atau apa benar bunda Maria tidak wafat seperti kita? Peristiwa ini bukanlah semata peristiwa historis, tapi peristiwa iman yang terjadi dalam sejarah pengalaman komunitas Gereja perdana.
Mereka dari dekat menyaksikan teladan hidup Maria yang setia mengikuti Yesus dan melaksanakan kehendak Allah. Oleh sebab itu, pengalaman iman ini adalah pemngalaman iman para rasul dan komunitas Gereja perdana. Maria yang sederhana itu berhati besar dan murni terus mengikuti Yesus sepanjang hidup-Nya. Pertama kali mengatakan ya pada kabar gembira, membawa Yesus mengunjungi Elisabeth, melahirkan, membesarkan hingga menemani-Nya sampai di salib, ketika para sahabat, para rasul dan semua orang yang dekat dengan Putera-Nya lari meninggalkan Dia.
Maria, karena kesetiaannya itu, dia suci dan putih. Allah pun menyambut dia yang mencintai-Nya dengan setia. Kita merayakan keteladanan Maria agar kesetiaannya menjadi milik kita. Pertanyaannya: Apakah anda setia dengan tugas-tugas anda? Kapan dan di mana anda hari ini melalaikan tugas dan tanggung jawab anda meski itu kecil dan sederhana?