Yesus Kristus Raja Alam Semesta (tahun B)

Hari ini Tahun Liturgi Gereja berakhir dan kita akan masuk Tahun Baru Liturgi yaitu Masa Advent. Pada hari Minggu penutup Tahun Liturgi Gereja ini, kita semua diajak untuk merenungkan bahwa Yesus, yang hidup, sengasara dan wafat itu benar bangkit atau hidup kembali dan menjadi Raja atas maut dan atas semua diciptakan Bapa-Nya dalam alam semesta ini. Gereja menetapkan sebagai perayaan Yesus Kristus Raja Semesta Alam.
Jika kita mencermati, di atas kepala-Nya kita melihat tulisan INRI yang ditulis Pontius Pilatus: "Iesus Nazarenus Rex Iudeorum "artinya "Yesus dari Nazareth Raja Orang Yahudi". Sungguh sejak Ia memasuki kota Yerusalem dengan menunggangi seekor keledai, bukan kudan jantan yang perkasa. Ia sudah disambut sebagai Raja.
Bac Injil (Yoh 18:33b-37), ada dialog antara Pilatus dan Yesus. Makna sebutan RAJA untuk Kristus sama sekali berbeda dari makna seperti yang dimaksudkan Pilatus, yakni raja dengan istana yang megah dengan beribu-ribu prajurit dst. Yesus mengatakan bahwa KerajaanKu bukan dari dunia ini. Kristus sebagai raja à memberikan kesaksian tentang kebenaran, membawa damai sejahtera kepada umat manusia melalui darahNya. Penyaliban Yesus dalam Yohanes dimaknai sebagai pemuliaan atau peninggian sebagai raja.
Bac I (Daniel 7:13-14), kekuasaanNya kekal adanya dan kerajaanNya takkan binasa. Iman Kristiani, mengimani dan mengamini bahwa Yesus datang bukan sekedar untuk membebaskan dari penindasan bangsa Romawi, melainkan untuk membebaskan semua bangsa (Yahudi dan bukan Yahudi), datang untuk membebaskan mereka dari dosa dan kematian.
Bac II (Wahyu 1:5-8), Dia yang mengasihi kita dan yang melepaskan kita dari dosa oleh darahNya dan yang membuat kita menjadi suatu kerajaan. Dengan demikian, Dia adalah raja alam semesta, tidak berkuasa di kerajaan duniawi namun kerajaan yang akan datang. KerajaanNya menembus hati manusia.

Hari raya ini ditetapkan oleh Paus Pius XI pada tanggal 11 Desember 1925 dalam ensiklik “Quas Primas”. Pertama-tama yang menjadi latar belakang penetapan itu adalah
1. Tumbuhnya kekuatan kediktatoran di Eropa.
2. Gereja (orang-orang Katolik) dikuasai oleh para pemimpin duniawi ini.
3. Saat itu penghormatan kepada Kristus dan Gereja mulai memudar.

Oleh sebab itu, dengan penetapan Hari raya ini diharapkan akan menumbuhkan berbagai dampak, a.l:
1. Negara-negara akan melihat bahwa Gereja mempunyai hak untuk memiliki kebebasan dan tidak bisa diintervensi negara.
2. Bahwa para pemimpin dan negara akan melihat bahwa mereka juga harus menghormati Kristus
3. Bahwa orang beriman akan mendapatkan kekuatan dan keberanian dari perayaan ini dan diingatkan bahwa Kristus haruslah merajai hati, pikiran, kehendak dan tubuh kita.
Lalu, Apa Relevansinya untuk kita di zaman sekarang ini?
Pada zaman sekarang ini, ketidakpercayaan yang sama akan “otoritas” juga masih ada, bahkan permasalahannya makin buruk. Individualisme makin ekstrim, sehingga banyak orang, hanya mengakui bahwa satu-satunya otoritas yang berkuasa hanyalah diri mereka sendiri. Maka tumbuhlah generasi “egois” semuanya tentang “aku”. Keinginan dan kehendakku menjadi yang utama dalam segala situasi. Otoritas Kristus sebagai penguasa ditolak oleh sistem individualisme yang begitu kuat.

No comments:

Post a Comment