Minggu, 15 Maret 2009
Yehezkiel 36:24-28
Yohanes 2:13-25
Saudara/iku yang dikasihi oleh Tuhan,
Bacaan Injil berkisah tentang pembersihan Kenisah atau Bait Suci. Mengapa Bait Suci itu dibersihkan? Bukankah telah menjadi suci? Bait yang suci=rumah yang suci.
Kenisah merupakan lambang ibadah yang harus bersih dari hal-hal yang berurusan di luar Kenisah, seperti sifat jual beli (untung rugi, dst).
Selain pembersihan juga tersirat agar kenisah itu sebaiknya dibangun kembali. Pembangunan kembali itu bukan semata-mata menunjuk kepada bengunan kenisahnya, melainkan sisi manusianya, sehingga menjadi kenisah baru.
Masa Prapaskah ini dapat menjadi masa pembangunan kenisah yang baru, kenisah yang hidup, yakni diri kita masing-masing sebagai bagian dari anggota Tubuh Kristus.
Kisah pembersihan kenisah itu hendak menyadarkan kita bahwa di satu sisi kehidupan beribadat itu harus terus-menerus dibersihkan dan disucikan. Dan kekuatan pembersihan itu adalah Roh Kudus. Nabi Yehezkiel melukiskan sebuah pembersihan diri itu dengan: “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu…(Yeh 36:25 dst). Dan kekuatan itu Roh Allah sendiri.
Dan di sisi lain bahwa pembangunan lebih pada pembangunan diri kita masing-masing, sehingga layak menjadi kenisah yang baru tempat Tuhan berkenan.
Peristiwa pembabtisan dan pemberkatan rumah yang akan kita saksikan nanti, menjadi saat pengingat bagi kita masing-masing akan kenisah baru itu.
Anak yang lahir suci harus disucikan dengan babtis. Penuangan air pada dahi melambangkan penyucian, sehingga disatukan atau dimetraikan dalam Yesus Kristus, sehingga diangkat menjadi anak-anak pilihanNya (Yehezkiel 36:25-26a, Roma 6:3a)
Demikianpun pemberkatan rumah. Sebuah saat khusus keluarga memperoleh rahmat dari Allah. Sehingga keluarga menjadi kenisah atau tempat suci yang harus selalu dijaga.
Yehezkiel 36:24-28
Yohanes 2:13-25
Saudara/iku yang dikasihi oleh Tuhan,
Bacaan Injil berkisah tentang pembersihan Kenisah atau Bait Suci. Mengapa Bait Suci itu dibersihkan? Bukankah telah menjadi suci? Bait yang suci=rumah yang suci.
Kenisah merupakan lambang ibadah yang harus bersih dari hal-hal yang berurusan di luar Kenisah, seperti sifat jual beli (untung rugi, dst).
Selain pembersihan juga tersirat agar kenisah itu sebaiknya dibangun kembali. Pembangunan kembali itu bukan semata-mata menunjuk kepada bengunan kenisahnya, melainkan sisi manusianya, sehingga menjadi kenisah baru.
Masa Prapaskah ini dapat menjadi masa pembangunan kenisah yang baru, kenisah yang hidup, yakni diri kita masing-masing sebagai bagian dari anggota Tubuh Kristus.
Kisah pembersihan kenisah itu hendak menyadarkan kita bahwa di satu sisi kehidupan beribadat itu harus terus-menerus dibersihkan dan disucikan. Dan kekuatan pembersihan itu adalah Roh Kudus. Nabi Yehezkiel melukiskan sebuah pembersihan diri itu dengan: “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu…(Yeh 36:25 dst). Dan kekuatan itu Roh Allah sendiri.
Dan di sisi lain bahwa pembangunan lebih pada pembangunan diri kita masing-masing, sehingga layak menjadi kenisah yang baru tempat Tuhan berkenan.
Peristiwa pembabtisan dan pemberkatan rumah yang akan kita saksikan nanti, menjadi saat pengingat bagi kita masing-masing akan kenisah baru itu.
Anak yang lahir suci harus disucikan dengan babtis. Penuangan air pada dahi melambangkan penyucian, sehingga disatukan atau dimetraikan dalam Yesus Kristus, sehingga diangkat menjadi anak-anak pilihanNya (Yehezkiel 36:25-26a, Roma 6:3a)
Demikianpun pemberkatan rumah. Sebuah saat khusus keluarga memperoleh rahmat dari Allah. Sehingga keluarga menjadi kenisah atau tempat suci yang harus selalu dijaga.
No comments:
Post a Comment