Jumat Agung
Yesaya 52:13-53:12; Ibrani 4:14-16; 5:7-9; Yohanes 18:1-19:42
Saudara/i-ku, mendengarkan kisah Sengsara Tuhan Yesus, kita dihadirkan seorang manusia di atas salib yang berteriak serak memecah keheningan. Tak ubahnya seorang anak yang sedih mencari-cari Ayahnya, sumber ketenangan dan perlindungannya. Yesus terkulai di atas palang kayu.
Adalah pemandangan yang sangat keji ketika kita melihat Yesus yang tergantung di Salib. Yang tidak bersalah, namun menerima hukuman mati. Di balik penderitaan-Nya Ia tidak melawan dengan umpatan atau cacian, bahkan Ia tidak memperhitungkan jasa-jasa-Nya terhadap rakyat Israel yang disembuhkan-Nya, diberikan-Nya makan, dibantu-Nya.
Masih adakah yang sadar di bukit itu? Dia yang tersalib itu Tuhan! Adakah yang peduli pada-Nya? Dia mengorbankan diri untuk kita. Untuk dosa-dosa yang telah membawa maut bagi dunia. Namun, lihatlah... Siksa keji tidak membuat-Nya jera, Dia tetap diam, seakan-akan memang orang yang bersalah yang pasrah dengan nasibnya.
Masihkah kita mau menghitung dosa-dosa kita yang membuat-Nya sengsara? Dia ditampar untuk setiap dosa kita yang menyinggung orang lain dan lupa berbuat baik.
Dia dipukuli karena kita suka membalas dendam dan memusuhi sesama manusia.
Dia diludahi untuk setiap cacian yang keluar dari mulut kita, menabur gosip, menjelekkan dan bersaksi dusta tentang orang lain.Dia ditelanjangi, padahal kitalah yang berdosa, untuk setiap percabulan kita.
Duri-duri mahkota ranting yang menancap di kepala-Nya adalah dosa pikiran, keangkuhan dan kesombongan kita.
Paku-paku di palukan ke kedua tangan-Nya adalah karena dosa perbuatan kita.
Paku yang menancap di kaki-Nya adalah karena kita suka menginjak-injak orang lain, kita suka berpesta pora di atas penderitaan orang lain dan kita suka mencelakai orang lain.
Lambung-Nya di tikam untuk setiap dosa yang mementingkan diri kita, mencintai harta dan kekayaan, lupa dengan orang orang lapar dan nafsu serakah.
Akhirnya Dia mati karena dosa kita yang tak terbilang banyaknya. Dia mati karena kita. Tidakkah kita berutang untuk setiap sakit hati, luka-luka di tubuh-Nya, tetesan darah dan nafas yang dikurbankan-Nya untuk kita?
Yesaya 52:13-53:12; Ibrani 4:14-16; 5:7-9; Yohanes 18:1-19:42
Saudara/i-ku, mendengarkan kisah Sengsara Tuhan Yesus, kita dihadirkan seorang manusia di atas salib yang berteriak serak memecah keheningan. Tak ubahnya seorang anak yang sedih mencari-cari Ayahnya, sumber ketenangan dan perlindungannya. Yesus terkulai di atas palang kayu.
Adalah pemandangan yang sangat keji ketika kita melihat Yesus yang tergantung di Salib. Yang tidak bersalah, namun menerima hukuman mati. Di balik penderitaan-Nya Ia tidak melawan dengan umpatan atau cacian, bahkan Ia tidak memperhitungkan jasa-jasa-Nya terhadap rakyat Israel yang disembuhkan-Nya, diberikan-Nya makan, dibantu-Nya.
Masih adakah yang sadar di bukit itu? Dia yang tersalib itu Tuhan! Adakah yang peduli pada-Nya? Dia mengorbankan diri untuk kita. Untuk dosa-dosa yang telah membawa maut bagi dunia. Namun, lihatlah... Siksa keji tidak membuat-Nya jera, Dia tetap diam, seakan-akan memang orang yang bersalah yang pasrah dengan nasibnya.
Masihkah kita mau menghitung dosa-dosa kita yang membuat-Nya sengsara? Dia ditampar untuk setiap dosa kita yang menyinggung orang lain dan lupa berbuat baik.
Dia dipukuli karena kita suka membalas dendam dan memusuhi sesama manusia.
Dia diludahi untuk setiap cacian yang keluar dari mulut kita, menabur gosip, menjelekkan dan bersaksi dusta tentang orang lain.Dia ditelanjangi, padahal kitalah yang berdosa, untuk setiap percabulan kita.
Duri-duri mahkota ranting yang menancap di kepala-Nya adalah dosa pikiran, keangkuhan dan kesombongan kita.
Paku-paku di palukan ke kedua tangan-Nya adalah karena dosa perbuatan kita.
Paku yang menancap di kaki-Nya adalah karena kita suka menginjak-injak orang lain, kita suka berpesta pora di atas penderitaan orang lain dan kita suka mencelakai orang lain.
Lambung-Nya di tikam untuk setiap dosa yang mementingkan diri kita, mencintai harta dan kekayaan, lupa dengan orang orang lapar dan nafsu serakah.
Akhirnya Dia mati karena dosa kita yang tak terbilang banyaknya. Dia mati karena kita. Tidakkah kita berutang untuk setiap sakit hati, luka-luka di tubuh-Nya, tetesan darah dan nafas yang dikurbankan-Nya untuk kita?
Tuhan aku sungguh berterimakasih... aku melihat gambar tanganmu dipaku... pasti sakit sekali... Karena jasamu kita semua terselamatkan dari dosa-dosa :) Thx Jesus...
ReplyDeleteAmen n JBU
ReplyDelete