Hari ini, penginjil Matius mengingatkan saya akan kekuatan pengampunan dan belas kasih Alah. Allah itu begitu baik dan adil bagi orang benar maupun yang tidak benar, orang berdosa maupun orang yang saleh. Allah juga melihat setiap kebaikan kita dan mengajarkan kita untuk memberikan kebaikan itu kepada orang lain – bahkan kepada mereka yang membenci kita, bahkan bagi mereka yang tidak tahu berterima kasih dan egois. Bila itu dapat kita lakukan, pada saat itu juga kita menampakkan kebaikan dan rahmat, seperti yang Allah tunjukkan kepada kita.
Rasanya
lebih mudah untuk menunjukkan kesalahan dan keburukan orang lain. Agak susah
menunjukkan kebaikan dan kemurahan hati. Ampuni saya Tuhan yang mudah menunjuk kekurangan sesama, sering menyakiti, memusuhi dan kurang tahu berterimakasih. Ajariku untuk selalu berdoa bagi mereka
yang menyakiti saya. Ajariku untuk memaafkan dan mengampuni kesalahan sesama, dan tidak melkukan balas dendam. Beri hatiku kekuatan kasih itu menjadi daya untuk dapat
berbuat baik dalam menghadapi kejahatan. Terlebih kekuatan kasih untuk dapat
mengasihi orang-orang yang memusuhihiku.
Bagi Allah, dengan Allah, segala sesuatu mungkin. Dia memberikan kekuatan dan rahmat yang dibutuhkan orang-orang yang percaya dan menerima karunia Roh Kudus. Kasih Allah mengalahkan segalanya, bahkan rasa sakit hati, ketakutan, prasangka dan duka kita. Salib Yesus Kristus telah lebih dahulu mengalahkan kematian. Dengan salib Yesus pula dapat membebaskan kita dari ikatan kedengkian, dendam, dan kebencian dan memberi kita keberanian untuk membalas kejahatan dengan kebaikan.
Bagi Allah, dengan Allah, segala sesuatu mungkin. Dia memberikan kekuatan dan rahmat yang dibutuhkan orang-orang yang percaya dan menerima karunia Roh Kudus. Kasih Allah mengalahkan segalanya, bahkan rasa sakit hati, ketakutan, prasangka dan duka kita. Salib Yesus Kristus telah lebih dahulu mengalahkan kematian. Dengan salib Yesus pula dapat membebaskan kita dari ikatan kedengkian, dendam, dan kebencian dan memberi kita keberanian untuk membalas kejahatan dengan kebaikan.
Di akhir
pekan ini, saya juga diajak oleh penulis Kitab Ulangan melalui Musa yang berbicara
kepada Bangsa Israel untuk mengingat kembali tentang Perjanjian Allah dan
Manusia. Dan saya percaya bahwa semua kebaikan Allah yang saya alami mendorong
hati saya menyambut uluran tangan Allah yang menghendaki hidup bersamaNya. Saya
diingatkan bahwa janji Allah yang tidak pernah terbatalkan menjadi alasan saya
untuk percaya bahwa Allah akan memegang janji Nya.
Tak lupa saya juga berterimakasih dan bersyukur atas pengalaman selama settimana
convivenza. Ada begitu banyak pengalaman berharga yang kudapatkan: senso di fraternità nel gruppo asiatico, anche in solidarietà
con altri gruppi; lo spirito di condividere della diversità, etc.
Tuhan
ajariku untuk menjadi pribadi yang sederhana, sabar, mengampuni, mengasihi; seperti Engkau
sendiri yang selalu mengasihiku.