YESUS yang dipersembahkan di bait Allah. Yesus adalah Mesias yang dijanjikan itu. Hal ini tampak dalam sikap Simeon yang menanti-nantikan seorang Juru Selamat seperti yang dijanjikan dan tak akan mati sebelum berjumpa dengan Sang Penyelamat tersebut.
MARIA dan YOSEF yang mempersembahkan :
Korban persembahan: sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati (sebuah persembahan kaum miskin) untuk pengudusan keluarga. Maria dan Yusuf tidak menuntut perlakukan istimewa dari Allah walau mereka telah mengamini kehendakNya. Tetapi mempersembahkan seluruh keluarganya kepada Allah.
Bayi Yesus di Bait Allah. Mereka mewakili keluarga-keluarga saleh yang ada pada zaman itu. Kedua sosok ini menanamkan tradisi keagamaan mereka dalam bangsa Israel sejak dini kepada Yesus: dengan menyunatkan Yesus; memaklumkan Yesus sebagai anak sah menurut hukum dengan menamaiNya Yesus; menguduskan Yesus dengan mempersembahkanNya di Bait Allah (Yesus adalah buah sulung yang dipersembahkan, yang akan bangkit dari antara orang mati).
Mereka hendak memberi contoh dengan menghidupi lebih dahulu tradisi keagamaan mereka. Persembahan sang Bayi kepada Tuhan Allah menunjukkan bahwa Maria dan Yusuf bukanlah orang yang egois. Yusuf dan Maria mengembalikan sang Bayi, Yesus, kepada tugas perutusan yang hendak diembanNya.
SIMEON dan HANA yang menyambut Yesus di Bait Allah. Keduanya mewakili orang-orang saleh pada zaman itu yang menantikan kedatangan seorang Mesias yang akan mengawali zaman baru. Meski mereka orang-orang yang teguh beriman, tetapi batin mereka gundah-gulana : kapankah Allah akan sungguh mengutus orang untuk membawa umat di jalan yang benar.
Kidung Simeon (ay. 29-32), merupakan pujian yang juga meringkaskan pengalaman yang melegakan batin Ssimeon karena dapat melihat datangnya penyelamatan yang disediakan bagi siapa saja, bukan hanya bagi umat terpilih. Ketika Yesus di bawa masuk ke Bait Allah oleh kedua orang tuaNya, Simeon melihat, menyambut dan menerima Yesus dalam tangannya dan ia tidak ragu-ragu mengakui bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah. Hana memahami hal itu dengan penuh sukacita dan pengharapan, dan ia pun "berbicara tentang anak itu (Yesus) kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem" (ay. 38).
Kesaksian Simeon
dan Hana, sekaligus mengamini kerelaan Yusuf dan Maria yang mempersembahkan
sang Anak tunggal mereka.
- Tindakan Maria dan Yosef "mempersembahkan Yesus kepada Tuhan" ini merupakan sikap iman yang mesti juga dimiliki setiap orang Kristiani : Maria dan Yusuf sadar bahwa Yesus bukan milik mereka, melainkan milik Allah, pun dengan keluarganya, dipilih oleh Allah. Kita juga diundang untuk senantiasa mempersembahkan diri kita, keluarga kita, karya-karya kita. Pater Dehon menghendaki agar para anggotanya secara eksplisit mempersatukan hidup mereka sebagai religius dan sebagai rasul dengan persembahan Kristus demi kepentingan semua manusia dan bukan demi kepentingan diri sendiri (bdk. Konst.6).
- Mempersembahkan diri juga berarti menguduskan. Kita semua sedang mengusahakan pengudusan diri. Seperti yang diwartakan Paulus bahwa bersama dengan saudara seiman, kita didorong untuk mengikuti jejak Kristus untuk mencapai kekudusan (lih. 1 Tes 4:7).
- Belajar dari Simeon dan Hana, agar kita selalu memiliki kegundahan (keinginan yang besar, komitmen yang kuat) untuk berjumpa, menyambut dan mengakui Yesus Sang Mesias yang dijanjikan itu.
No comments:
Post a Comment