Jika kita menyimak fenomena hidup di sekitar dengan segala tantangannnya, sering muncul ungkapan: dunia ini serasa gelap. Gelap mau mendifinisikan situasi yang memprihatinkan, diwarnai dengan kebohongan, kekerasan, kejahatan, kekejaman dan sejenisnya. Juga tak jarang orang megatakan bahwa dunia ini serasa hambar, tak berasa. Hambar mau mendifinisikan situasi sulit untuk mengalami rasa aman, damai, gembira, semangat dan sejenisnya.
Situasi demikian tampaknya juga sudah terjadi pada masa hidup para murid Yesus. Oleh sebab itu Yesus memanggil para murid untuk menghadapi situasi itu. “Kamu adalah garam dunia” (ay 13) dan “Kamu adalah terang dunia” (ay 14). Pernyataan Yesus ini jelas menyatakan bahwa mereka sudah menjadi garam dan terang dunia dan selayaknya mereka memiliki pola kehidupan sebagai garam dan terang dunia.
Yesus menyampaikan perumpamaan yang dapat dengan mudah untuk dimengerti oleh para murid. Pertama tentang garam. Sesuatu yang amat dekat dengan hidup manusia. Bermanfaat memberikan rasa lezat pada makanan, mencegah kebusukan dan menyembuhkan penyakit. Yesus mau meyakinkan para murid bahwa keberadaan adalah memberikan rasa, menambah sukacita orang lain. Di awal kotbahnya, Yesus telah menyatakan “Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9).
Kedua tentang terang. Sesuatu yang juga amat dekat dengan hidup manusia. Bermanfaat untuk menerangi. Menerangi berarti menjadikan orang lain dapat melihat. Rasul Paulus mengungkapkan “bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan” (Rom 2:19).
Perjamuan menjadi cara untuk merayakan hidup kita /10-2013-haryantoscj |
Garam dan terang. Keduanya bermanfaat bukan hanya untuk dirinya, melainkan terlebih untuk siapapun, apapun yang ada diluar dirinya. Kita dipanggil menjadi murid Yesus, pun diyakinkan oleh Yesus bahwa kita adalah garam dan terang. Keberadaan kita juga menjadi bermanfaat bagi yang lainnya : memberikan rasa aman, damai, gembira, semangat dan sejenisnya. Keberadaan kita juga menerangi setiap hati, dengan kejujuran, kelembutan, perdamaian dan membebaskan.
Sejenak melihat diri kita sendiri: Apakah sudah terjadi dalam diriku? Apakah Aku mengusahakan? Atau sebaliknya? Membuat dunia ini hambar bahkan tak berasa, atau gelap bahkan menjadi sumber permusuhan bagi yang lainnya?