Aku telah melihat bintangNya |
PERTAMA, Allah yang menampakan diri dengan sarananya:
1). Bintang – bisa dilihat oleh banyak orang, artinya: Allah mau menjumpai
kepada semakin banyak orang, bukan hanya orang Yahudi saja. Meski tidak semua
orang pun bisa melihat bintang. Mereka yang bijaksana yang bisa melihat makna
di balik tanda bintang.
2). Bayi (manusia) – Allah datang dalam
wujud/rupa manusia. Allah punya inisiatif ingin menjumpai manusia secara lebih
dekat, hangat dan bersahabat.
KEDUA, kepada orang-orang Majus. Matius tidak menyebut secara persis
siapa mereka itu. Adanya nama tiga orang bijak dari Timur merupakan refleksi
lebih lanjut dari orang-orang Kristen atas kisah Injil Matius tersebut.
Kita tahu bahwa konteks Matius menulis Injilnya adalah kepada
orang-orang Yahudi yang telah berabad-abad mengharapkan datangnya sang Mesias, raja
yang akan memperbaharui Israel. Maksud Matius dengan kisah ini adalah, bahwa
seperti orang-orang Majus, semua orang harus mencari dan menemukan Kristus yang
datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari segala bangsa dan jaman.
Kristus datang tidak hanya untuk bangsa Yahudi/Israel saja tetapi juga untuk
semua orang dari segala bangsa yang merindukan keselamatan dari Allah.
Sarana orang-orang majus: emas, kemenyan dan mur. Kita
dapat memaknai masing-masing dari persembahan: emas, persembahan bagi seorang
raja; kemenyan, persembahan bagi seorang imam; dan mur - balsam penguburan,
persembahan bagi seorang yang akan meninggal. Bagi St. Ireneus (wafat 202) persembahan
emas, kemenyan dan mur ditafsirkan sebagai: Raja, Tuhan dan Penebus yang
Menderita.
Di samping itu, kita mesti mengingatnya juga bahwa
kunjungan para majus ini menggenapi nubuat Perjanjian Lama: Bileam menubuatkan
kedatangan Mesias yang akan ditandai dengan sebuah bintang: “Aku melihat
dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang
terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel…” (Bil 24:17).
Penulis Mazmur menyampaikan bagaimana bangsa kafir akan datang untuk menyembah
Mesias: “kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa
persembahan-persembahan, kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan
upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi
hambanya!” (Mzm 72:10-11). Yesaya juga menubuatkan tentang
persembahan-persembahan yang dibawa: “Sejumlah besar unta akan menutupi
daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari
Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur
TUHAN” (Yes 60:6).
Dengan
demikian orang-orang Majus itu tidak hanya melambangkan bangsa yang menemukan
jalan menuju Kristus, tapi mereka juga mewakili aspirasi terdalam dari manusia,
dinamika agama-agama, dan akal budi manusia menuju Kristus.
KETIGA,
kepada Herodes dengan sarananya:
kekuasaan. Dengan kekuasaan kecerdikannya ingin memperdaya orang-orang Majus yang telah sampai di Yerusalem yang membawa warta, “Dimanakah Raja Yahudi yang baru
dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di ufuk timur dan kami
datang untuk menyembah Dia.”
KEEMPAT, akhirnya bagi kita, Hari Raya Penampakan ini pun
mengingatkan akan dinamika iman kita. Allah yang tetap berinisiatif menarik
semua orang. Natal yang kita rayakan, Emanuel menjadi refleksi bahwa Allah
mengundang kita. Dalam dinamika itu kita boleh bertanya diri siapa Allah yang menampakkan
diri padaku? Sarana apa yang dipakai Allah ketika menampakkan diri kepadaku?
Adakah bintang yang bisa kulihat, sesuatu yang menarik perhatianku untuk
merasakan Allah yang menolongku, membimbingku, menganugerahiku kesehatan,
persaudaraan dst?
Kita selalu dan terus mencari Tuhan dalam
setiap peristiwa hidup. Lalu sarana apa yang riil yang bisa kulakukan untuk
menjumpai Allah yang menampakan diri kepadaku? Dengan kebijaksaaanku kah
sehingga aku memilih untuk menyediakan waktu berelasi dengan Allah melalui
doa-doaku? Dengan kelembutan dan kemurahhatianku kah aku membangun relasi
dengan orang-orang di sekitarku, di tengah keluargaku, di tempat kerjaku? Hari Raya Penampakan Tuhan membangunkan kesadaran
kita akan kewajiban kita untuk bersembah sujud kepada Kristus melalui doa,
sembah bakti, dan perbuatan-perbuatan baik serta kurban.
Atau kita berlaku sebagai Herodes, yang selalu
memusuhi Allah. Seakan kita bisa melakukan apapun tanpa Allah.
No comments:
Post a Comment