Misa Harian di Tarquinia, Roma |
Misi Yesus sangat jelas, yaitu mewartakan Kerajaan Allah. Ia menyerukan pertobatan dan memanggil keempat murid untuk menyertaiNya. Ia tidak bekerja sendirian dengan memilih: Petrus, Andreas, Yohanes dan Yakobus. Kita secara pribadi memiliki pengalaman personal dipanggil oleh Tuhan. Kita menjadi orang-orang yang dengan jelas dipilih oleh Yesus, untuk karyaNya memang akan terus berlangsung. Tetapi sering menjadi tidak jelas bagi manusia, kita yang dipilih untuk terlibat dalam karya Yesus.
Manusia sering merasa tidak layak, lemah, kecil, tidak mampu berdosa dst. Demikian pun tindakan Yesus ketika memilih empat murid itu. Suatu pilihan yang mungkin tak masuk hitungan, menurut cara berpikir, cara pandang kita sebagai manusia. Sebab manusia cenderung memilih orang-orang yang dipadang mampu, pandai dan ahli.
Tetapi cara pandang Allah berbeda dengan cara pandang kita. Sebab Allah berkenan kepada mereka yang sederhana, kecil, lemah, dan berdosa karena di dalam kelemahan manusialah kuasa Tuhan menjadi sempurna (2Kor 12:9).
Demikian pun telah terjadi pada masa Perjanjian Lama, saat Allah memilih Musa dan Yeremia, yang tak pandai bicara (Kel 4:10; Yer 1:6); demikian juga Gideon yang paling muda dari kaum yang terkecil (Hak 6:15); atau Daud, anak bungsu Isai, yang menjadi gembala domba (1Sam 16:11).
Keempat murid : Simon Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes, yang hari ini dipanggil oleh Yesus rasanya mengingatkan akan panggilan kita. Mereka yang dipanggil tampaknya orang-orang sederhana, dari kalangan nelayan. Pada kisah yang lain Yesus juga memanggil dari kalangan pemungut cukai, orang Zelot dan seterusnya.
Marekalah orang-orang yang bersedia untuk dididik menjadi murid. Mereka segera meninggalkan jala dan perahu mereka untuk mengikuti Yesus (Mat 4:20,22). Tindakan mereka ini rasanya mendorong banyak orang di sepanjang sejarah Gereja, yang melakukan hal serupa, yaitu meninggalkan segala sesuatu, untuk memberikan diri seutuhnya kepada Tuhan Yesus. Gereja justru didirikan atas iman orang-orang sederhana ini.
Ketika Yesus berkata kepada mereka, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mat 4:19). Tampak di situ mereka tanpa banyak komentar, langsung berangkat dan meninggalkan jala dan segalanya, seperti yang dilakukan 'Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, yang segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia. Apakah mereka saat itu mengerti apa yang dimaksudkan sebagai penjala manusia? Saya pikir mereka tidak mengerti. Apakah mereka juga sudah mengenal Yesus sebelumnya? Rasanya belum juga. Yesus memanggil, dan mereka pun segera mengaminiNya. Begitulah iman, yang mendorong orang untuk mengatakan dalam hatinya kaa “amin”.
Kita tentu bukanlah orang-orang seperti Petrus, Andreas, Yakobus dan Andreas dalam mengikuti panggilan Tuhan. Jawaban dan perjuangan kita dalam mengikuti Yesus, tidaklah sebesar yang dialami para rasul itu. Rasanya juga hal ini tidak perlu dipersoalkan. Tuhan tidak memberikan tuntutan atau target kepada setiap orang. Tetapi dari kita dibutuhkan kesediaan dan pengorbanan serta keyakinan, seperti yang dinasihatkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rm 10:9-10).
Tuhan, bantu kami yang mengamini panggilanMu.