1Yoh 2:22-28; Yoh 1:19-28
Apa yang bisa dicermati dan dipelajari dari dialog antara Yohanes Pembaptis dengan para imam dan orang-orang Lewi, para pemuka agama Yahudi pada waktu itu? Kita bisa belajar dari Yohanes Pembaptis, bagaimana menempatkan diri dengan tepat di hadapan Tuhan dan juga sesama.
Pertama, Kita dapat mengetahui dan menyadari status diri kita sebagai hamba Allah. Ini bukanlah sesuatu yang memalukan, tetapi membanggakan karena ada kepercayaan yang besar dari Tuhan untuk kita. Bukan hanya mengetahui dan menyadari, tetapi terus membawa dirinya, Seorang pelayan Tuhan mengetahui pelayanan apa yang telah dipercayakan kepadanya dan melakukannya.
Lihat saja, Yohanes bukan melakukan pelayanan dengan sembarangan, melainkan dengan baik seperti yang dinubuatkan tentang keberadaannya. Mungkin akan muncul sebuah pertanyaan: apalah artinya menempatkan diri sebagai pelayan Tuhan, tetapi tidak melakukan pekerjaanNya? Yang mau dikatakan bahwa identitas saja tidaklah cukup. Yohanes mau mengajar kita bahwa seorang pelayan Tuhan mengetahui tujuan dari status dan pelayanannya. Ia bekerja untuk kebesaran nama Tuhan, bukan nama dirinya sendiri. Bukan hanya ketika dalam keberhasilan, tetapi juga pada saat situasi terancam atau tidak menguntungkan bagi dirinya sendiri.
Bagi Yohanes yang mau diegaskan adalah: Seorang pelayan tidak pernah lebih tinggi dari Tuannya: dalam kemuliaanNya, maupun dalam kesengsaraanNya. Kekuatan yang harus dimiliki adalah sikap batin yang rendah hati dan ketekunan dalam doa yang kuat, dimana pun kita diutus. Dengan itu akan berkembanglah buah-buah pelayanan.
Santo Basilius dan Gregorius telah membuktikan diri sebagai pendoa yang tekun dan kuat.
No comments:
Post a Comment