Hag 2:1b-10; Luk 9:18-22
St Padre Pio
dilahirkan tahun 1887,
anak kelima dari delapan bersaudara, dari keluarga petani Grazio Forgione dan
Maria Giuseppa De Nunzio. Ia dianugerahi
penglihatan-penglihatan sejak usia lima tahun, dan sejak usia dini telah
memutuskan untuk mengabdikan hidupnya bagi Tuhan. Padre Pio masuk biara Kapusin
Fransiskan tahun 1903 dan ditahbiskan sebagai imam tahun 1910. Katanya, “Aku
terbakar habis oleh kasih kepada Tuhan dan oleh kasih kepada sesamaku.”
Pada tanggal
5 Agustus 1918, Padre Pio mendapat penglihatan: ia merasa dirinya ditikam
dengan sebilah tombak; sesudahnya luka akibat tikaman tombak itu tinggal pada
tubuhnya. Kemudian, pada tanggal 20 September 1918, saat ia memanjatkan syukur
sesudah perayaan Misa, ia juga menerima luka-luka Tuhan kita di kedua kaki dan
tangannya. Setiap hari, Padre Pio kehilangan sekitar satu cangkir darah;
luka-luka itu tidak pernah menutup ataupun bertambah parah. Pula, bukannya bau
darah, melainkan bau harum yang semerbak terpancar dari luka-lukanya.
Sepanjang
hidupnya, P. Pio memahami benar kedahsyatan sengsara Juruselamat. Walau
demikian, Padre Pio mengatakan, “Aku ini hanyalah suatu alat dalam tangan
Tuhan. Aku berguna hanya jika dikendalikan oleh Penggerak Ilahi.” Stigmata
tinggal dalam tubuh Padre Pio hingga akhir hayatnya. Paus Paulus VI berkata
tentangnya, “Lihat, betapa masyhurnya dia, betapa seluruh dunia berkumpul
sekelilingnya! Tetapi mengapa? Apakah mungkin karena ia seorang filsuf? Karena
ia bijak? Karena ia cakap dalam pelayanan? Karena ia mempersembahkan Misa
dengan rendah hati, mendengarkan pengakuan dosa dari fajar hingga gelap dan -
tak mudah mengatakannya - ia adalah dia yang menyandang luka-luka Tuhan kita.”
St Padre Pio,
memahami secara mendalam sengsara Tuhan kita. Sementara stigmata mungkin
membangkitkan rasa takjub kita, tanda itu sendiri dan mereka yang menderitanya
hendaknya menjadi inspirasi bagi kita dalam mengejar persatuan yang lebih mesra
dengan Tuhan kita, teristimewa dengan sering menerima Sakramen Tobat dan
menyambut Ekaristi Kudus.
Padre Pio dinyatakan sebagai
Venerabilis pada tanggal 18 September 1997 oleh Paus Yohanes Paulus II; pada
tanggal 2 Mei 1999 dibeatifikasi; dan akhirnya dikanonisasi pada tanggal 16
Juni 2002 di Roma, oleh Paus yang sama. Gereja memaklumkan pesta liturgis St
Padre Pio dari Pietrelcina dirayakan pada tanggal 23 September.
No comments:
Post a Comment