Adalah sebuah kisah yang amat dikenal dalam Kitab Suci: Yesus mengetengahkan kepada kita sebuah situasi konkrit manusiawi bahwa mereka yang berbondong-bondong mengikuti Yesus membutuhkan makan. Kebutuhan akan makanan adalah sebuah kebutuhan primer manusia yang mutlak harus dipenuhi.
Kebutuhan akan makanan juga bisa kita perluas arti atau maknanya bukan sekedar kebutuhan akan makanan jasmani, tetapi juga kebutuhan akan makanan rohani.
Semua dari kita jelas masih harus mengusahakan untuk memenuhinya, setiap hari, baik itu yang jasmani maupun yang rohani. Tetapi bagaimana dengan mereka yang tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk mencukupkan kebutuhan makanan mereka. Entah karena secara jasmani mereka sakit, tidak punya pekerjaan, miskin, dst. Maupun mereka yang mengalami kelaparan secara rohani. Mereka yang sedang bermasalah dengan pribadinya, karena ketertutupannya sendiri, karena keegoisannya. Mereka yang diterlantarkan oleh saudari dan saudaranya, keluarga atau komunitasnya. Mereka yang terjebak oleh lingkaran setan narkoba dst.
sebuah kedai di sekitar Kastil Gandolfo, Roma |
Acapkali mungkin sebagai pribadi saya seperti Filipus yang tahu perhitungan akan kebutuhan makanan tetapi hanya tinggal dalam kecemasan dan pesimis. Atau bisa jadi saya seperti Andreas, yang tahu berkolaborasi tetapi juga mudah meremehkan yang lain, tidak memperhitungkan mereka yang kecil dan lemah. Dan yang terakhir, mungkinkah saya seperti si anak kecil itu? Ia menyerahkan lima roti jelai dan dua ikan yang ia punya sebagai bekal yg sangat berarti buat dirinya itu. Anak itu barangkali tidak tau bagaimana itu berkolaborasi, tetapi dengan tindakan pertamannya yakni menyerahkannya semua kepada Yesus, ia memperoleh pengajaran berharga setelahnya. Ia melihat bagaimana Yesus mengajarkan kepada siapa harus memohon berkat. Ia melihat bagaimana Yesus memecah-mecahkan roti itu agar bisa dibagikan. Ia melihat bagaimana Yesus mengajarkan sikap berbagi ketika Ia membagikan roti yang telah dipecah-pecahkan itu kepada para murid, lalu para murid membagikan kepada semua yang hadir di situ.
Pada dasarnya, jelas bahwa kita akan mempunyai sikap khawatir ketika di hadapkan pada situasi kelaparan. Atau situasi yang menuntut adanya pemenuhan kebutuhan akan makanan. Minimal terbesit di pikiran ”Di mana kita bisa mendapatkan makanan?” "Di mana kita bisa mendapatkan minuman?"
Melalui mukjizat penggandaan "lima roti dan dua ikan," Yesus mengundang kita untuk ikut ambil bagian dalam karya-Nya. Mari kita tumbuhkan sikap mau berbagi dalam diri kita masing-masing dan menjadikan sebuah habitus di tengah keluarga, komunitas dan masyarakat kita.