Dan mari sejenak kita melihat hidup kita dalam terang Injil. Salah satu pernyataan Yesus adalah: Janganlah kuatir akan hidupmu. Apakah saat ini Anda sedang merasa kuatir, cemas atau digelisahkan oleh sesuatu? Katakan ya atau tidak dalam hatimu, sesuai yang sedang Anda alami saat ini. OK.
sebuah kursi tua di sudut halaman biara benediktin di Farfa, Italia |
Saudari dan saudaraku, disadari atau tidak, kekuatiran dapat merubah suasana hati atau mood. Bisa saja menghilangkan kegembiraan, ketenangan, menciptakan ketegangan; mengendorkan konsentrasi, membuat kita mempertanyakan segala sesuatu. Dan yang amat membahayakan bahwa kekuatiran mengikis kepercayaan kita pada sesama dan mempertanyakan kehadiran Tuhan dalam hidup.
Tidak berarti bahwa kita tidak perlu merasa kuatir atau cemas. Perasaan kuatir adalah wajar dan sangat manusiawi. Kita pun bisa melihat nilai positifnya, misalnya: kuatir sebagai ungkapan perhatian; saya kuatir akan keselamatan diri ataupun orang lain. Kekuatiran mendorong saya untuk menyiapkan diri dan menghadapi kenyataan, meningkatkan kewaspadaan. Masalahnya adalah ketika kekuatiran itu muncul atau kita rasakan tanpa menemukan nilai positifnya. Wah bisa jadi ia akan begitu menguasai seluruh hati dan hidup kita. Dan cenderung tidak memberi rasa aman.
Yesus dalam Sabdanya berulang kali mengingatkan kita untuk tidak kuatir. Tidaklah mudah untuk menerima kata-kata Yesus, terlebih bagi yang sedang mengalami cemas atau kuatir. Mungkin ia akan merasakan bahwa kata-kata Yesus menyepelekan persoalan hidupnya, dst.
Bagaimanapun hidup harus kita hadapi. Apapun situasinya setiap persoalan selalu punya jalan keluar. Dalam hal ini perlu kita garisbawahi pentingnya sikap percaya dalam keseharian hidup kita, baik dalam relasi dengan sesama, dalam pekerjaan dan semua segi kehidupan kita. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa bila kita tidak mudah percaya pada sesuatu atau seseorang, kita akan cenderung mereasa kuatir, cemas, dan akhirnya hidup menjadi tidak tenang, kurang fokus dan bahkan bisa jadi tidak memiliki rasa. Kekuatiran berakar dari kurangnya rasa percaya dalam diri seseorang.
Setidaknya ada dua hal yang akan selalu menandai sikap percaya:
=> Hidup penuh harapan. Biasanya orang yang hidup penuh harapan, ia juga akan hidup dengan keyakinan, berserah dan optimis bahwa Tuhan itu baik dan akan menjamin hidupnya. “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di surga. Bukankah kamu lebih dari burung-burung itu?” Dan dengan demikian, ia juga akan dimampukan untuk selalu bersyukur dan terus bekerja semaksimal mungkin tanpa memikirkan hasil akhir. Hidup dalam pengharapan akan Tuhan akan mampu memupus kekuatiran kita.
=> Fokus akan hidupnya. Sikap percaya juga mendorong orang untuk membangun kehidupan rohani, menata batinnya dan melatih diri untuk menjadi fokus dalam hidupnya. Ia juga akan lebih mudah berelasi dengan sesamanya, menekuni pekerjaannya dan begitu perhatian dengan semua segi kehidupannya. Ingat kata-kata Yesus, “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan…. kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon.”