Apa yang Kamu cari?

1Sam 3:3b-10.19; 1Kor 6:13c-15a.17-20; Yoh 1:35-42 

Hari ini Minggu pekan II Biasa tahun B. sebuah pertanyaan mendasar untuk kita: "Apa yang kamu cari?" Adalah sebuah pertanyaan yang sangat mendasar bagi siapapun. Bisa gampang dan juga bisa amat sulit menjawabnya. Saya mencermati bahwa pertanyaan ini lama-lama akan menjadi pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Mengapa? (1) Tidak sadar dalam pencariannya. (2) Tidak tahu dengan jelas apa yang dicari. (3) Merasa telah menemukan.Yesus hari ini juga bertanya kepada dua murid Yohanes. Apa yang kalian cari? Lalu apa jawab mereka? Dimanakah kamu tinggal. 

Mengamati ornamen di Gereja Katedral Orvieto (2013)
Sebuah jawaban yang tampaknya tidak siap (berupa pertanyaan?), mungkin kaget, heran kok tiba-tiba bertanya. Tampak sekali bahwa pertanyaan, seperti sebuah ungkapan yang tidak mengharapkan langsung diterima. Hanya sekedar mengungkapkan rasa ingin tahu. Seseorang yang lebih besar dari Yohanes yang selama ini diajarkannya. Maka mereka menggunakan sapaan kehormatan, GURU.

Tak dapat dipungkiri juga bila hidup kita selalu ditandai dengan usaha mencari (menemukan dan memiliki). Betapa sering kita juga belum amat tahu apa sebetulnya kita cari.

Menarik sekali dinamika selanjutnya: Yesus menanggapi mereka, mengajak mereka melihat sendiri. Mereka dibiarkan menemukan yang mereka cari. Kita diajak menyadari dan memahami bahwa dengan pertanyaan “Apa yang kamu cari?” Mau mengatakan kepada kita bahwa Sang Sabda itu bukan yang “jauh di sana”, melainkan dia yang menyapa dan mengajak berbicara. Dia yang tidak menganggap dengan cuek orang yang datang kepadanya. 

Dia pun akan membantu kita, pun kepada siapa saja yang mulai berjalan mengikutinya. Ia akan melontarkan ajakan untuk melihat sendiri dan menemukan nya.

Mereka menemukan pengenalan akan Tuhan. Perjumpaan mereka sampai dengan jam empat sore menunjukkan bahwa sepenuh hari mereka ada bersama Dia. Mereka bukan hanya melihat di mana ia tinggal, melainkan menemukan yang disebut Anak Domba Allah oleh Yohanes Pembaptis itu juga setidaknya harapan mereka akan sosok Mesias, menjadi besar dan menyala-nyala. Terbukti Andreas mengabarkannya kepada Simon, dan bahkan membawa saudaranya itu kepada Yesus. Kemudian disebutkan bahwa Yesus memandangi Simon dan memberinya nama baru, yaitu Kefas, artinya Petrus. Kejadian ini meyakinkan Andreas dengan peristiwa yang diungkapkan dalam Injil Sinoptik sebagai pengakuan Petrus bahwa Yesus itu Mesias. 

Ajakan konkrit untuk kita
(1) Membiarkan Roh Allah menyapa batin dengan caranya sendiri. (2) Bersedia menjadi teman seperjalanan yang mampu berbagi dan kadang harus menunjukkan jalan yang semestinya harus dilalui kepada rekan seperjalanan kita. Seperti yang dilakukan Yohanes Pembaptis, juga seperti yang dibuat Andreas dan juga yang dibuat Eli kepada Samuel. (3) Menggemakan pertanyaan Yesus di awal APA YANG KAMU CARI? atau di penghujung hari: APA YANG KAMU TEMUKAN HARI INI?

Kamu harus memberi mereka makan!

'dijepret' 24 Juni 2014, di sudut kota Milan
Salah satu kebutuhan primordial manusia adalah lapar. Tetapi Sabda Tuhan hari ini mengatakan bahwa lapar tidak berarti hanya membutuhkan makanan sehari-hari, tetapi semua yang diperlukan untuk manusia untuk hidup bermartabat.

Kita dapat membacanya dalam Markus 6:34-44, "Yesus melihat sejumlah besar orang , maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala". Orang-orang itu lapar akan kebenaran, petunjuk arah dan panduan yang pasti bagi hidupnya. Dan tampaknya Yesus tahu yang mereka butuhkan, dan itu lah yang pertama-tama dipenuhinya.


Yesus juga berseru, "Kamu harus memberi mereka makan!" Tampaknya ini adalah tanggapan Yesus atas usulan para murid untuk menyuruh mereka pergi dan mencari atau membeli makan sendiri-sendiri. Yesus justru meminta para murid untuk memberi makan kepada sejumlah orang itu dengan apa yang mereka miliki.


Rasanya bukan sekedar ajakan, melainkan sebuah perintah mendesak yang menuntut tanggungjawab. Perintah untuk peduli atas kebutuhan manusia, sesama kita yang berkekurangan, sedang dalam kesulitan, sedang berduka, sedang ragu-ragu, sedang putus asa, dan terlebih sedang terpisah dari Allah. Mereka sedang ada di dekat kita, di sekitar kita.