Untuk Apakah Kamu Pergi?


Itulah pertanyaan Yesus secara berulang-ulang sampai tiga kali kepada orang banyak (Luk 7:24-26) tentang Yohanes. Yesus mengajak orang banyak untuk mempertegas tujuan mereka atas penyelamat yang dirindukan.

Bagi kita, pertanyaan itu kiranya juga sangat relefan. "Untuk apakah kita pergi kepada Tuhan?" Sebagian besar dari kita tentu hendak mencari jawaban-jawaban menurut situasi hidup masing-masing: untuk mencari damai, ketenangan, kesembuhan, rejeki, jodoh dst.....

Setiap orang mempunyai harapan bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi dirinya. Bahkan ada yang mengharapkan lebih. Demikian pun orang banyak ketika mereka menyambut Yohanes Pembaptis.  Tetapi ketika melihat kenyataan bahwa yang diinginkan tidak sesuai dengan yang dipikirkan, maka sirnalah harapan itu. Hal itu tampak ketika Yohanes Pembaptis tampil dengan pakaian yang hanya terbuat dari kulit binatang, rumahnya di hutan pula dan makanannya ngengat madu, mulailah sirna harapan orang banyak itu.

Oleh sebab itu, jawaban yang mesti ada dan dihidupi atas pertanyaan untuk apakah kamu pergi kepada Tuhan adalah untuk mendengar perkataanNya dan untuk membuka hati padaNya serta untuk mengakui kebenaranNya. Karena demikian kasih setia Allah tidak akan berpaling dari hidup kita, sekalipun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoncang (Yes 54:10).

Bukan hanya PERCAYA

Dewasa ini, tak sedikit orang yang PERCAYA kepada Yesus, pada sabda, pengajaran dan karya-Nya. Namun apakah mereka MENGIMANI pribadi dan sabda, pengajaran dan karya-karyaNya?

Tak jarang orang yang mengikuti Yesus masih dengan penuh perhitungan (untung rugi, nyaman dan tidak nyaman). Oleh sebab itu, mari....kita belajar dari kedua orang buta dalam bacaan Injil hari ini (Mat 9:27-31). Betapa besar kerinduan hati dua orang buta dalam injil hari ini. Kerinduan itu tampak dalam keterbukaan dan kepercayaan mereka pada Yesus saat berseru minta bantuan. Mereka  mau mengikuti Yesus hingga ke rumah tempat Yesus singgah. Kesediaan mau ditolong oleh Yesus itu sungguh-sungguh tampak dalam diri mereka.

MENGIMANI Yesus berarti mengikuti Yesus tanpa perhitungan apa pun lagi. Seperti kedua orang buta itu,  membiarkan Yesus bekerja dalam diri mereka sepenuhnya tanpa ragu, sehingga mata mereka menjadi melek (terbuka). Dinamika beriman selanjutnya tampak dalam keputusan atau pilihan sikap dan tindakan mereka untuk memuliakan Yesus ke seluruh wilayah mereka, meski Yesus sesungguhnya melarang mereka.

Mari...kita MENGIMANI Yesus dengan tanpa ragu lagi, sehingga kita boleh merasakan perubahan dalam hidup kita yang selalu bersyukur dan memuliakan Tuhan.